Aksi demonstrasi di Filipina yang bertajuk “Baha sa Luneta: Aksyon laban sa Korapsyon” dipenuhi teriakan lantang.
“Korupsi membuat rakyat turun ke jalan, menyalurkan kemarahan mereka, agar pemerintah benar-benar menjalankan tugasnya,” tegas salah seorang demonstran di Filipina, Teddy Casino dalam laporan yang sama.
Tokoh muda di Filipina, Sarah Elago juga ikut bersuara. Ia menyoroti praktik korupsi dan dinasti politik yang masih bercokol di negaranya.
“Lima puluh tiga tahun berlalu, namun pencuri dan koruptor tetap berkuasa. Apakah Anda akan membiarkan ini?” seru Sarah disambut pekikan “Tidak!” dari ribuan massa.
Jejak Serupa di Nepal dan Prancis
Sebelumnya diketahui, Nepal dan Prancis lebih dulu menunjukkan pola aksi demonstrasi serupa pada awal September 2025 lalu.
Di Nepal, pemblokiran media sosial justru memicu perlawanan luas hingga menjatuhkan perdana menteri. Di Prancis, Gen Z juga menjadi garda depan aksi menuntut perubahan politik di negaranya.
Gerakan Gen Z di Nepal hingga Peru menunjukkan media sosial bukan sekadar ruang hiburan, melainkan juga sebagai alat mobilitas para generasi muda untuk berkumpul dan menyuarakan pendapatnya.
Di sisi lain, setiap seruan yang berujung ke jalanan selalu menghadirkan risiko nyata, yakni insiden bentrokan hingga korban jiwa.
Oleh sebab itu, perlu kebijaksanaan bagi para generasi muda lintas dunia agar dapat mengantisipasi adanya insiden buruk akibat pola aksi demonstrasi yang bermuara melalui media sosial.***