Gelombang Demonstrasi Global Melanda Sejumlah Negara, Revolusioner Gen Z Melawan Korupsi dan Ketidakadilan, Mungkinkah Tatanan Dunia Baru Terbentuk

photo author
- Selasa, 23 September 2025 | 07:51 WIB
Menyoroti pola aksi demonstrasi di Nepal hingga Peru yang diinisiasi oleh para generasi Z atau Gen Z. (Unsplash.com/@Ehimetalor)
Menyoroti pola aksi demonstrasi di Nepal hingga Peru yang diinisiasi oleh para generasi Z atau Gen Z. (Unsplash.com/@Ehimetalor)

METRO SULTENG - Gelombang protes generasi muda atau kini disebut juga Gen Z kian menyalakan narasi tentang aksi demonstrasi di berbagai negara, dari Nepal hingga kini terjadi di Peru.

Linimasa media sosial (medsos) per tanggal 22 September 2025, terlihat banyaknya Gen Z turun ke jalan, bersuara lantang melawan korupsi dan kebijakan yang dianggap menindas di negaranya.

Berdasarkan laporan AFP, senjata mereka sebenarnya bukan hanya spanduk dan megafon, melainkan justru lewat medsos yang anggap mampu menggerakkan ribuan orang dalam hitungan jam.

"Cara unik yang dilakukan Gen Z memanfaatkan media sosial itu salah satunya sebagai alat mobilisasi," demikian laporan AFP yang dikutip pada Senin, 22 September 2025.

Baca Juga: PT IMIP Borong Tiga Medali Platinum di Asian Impact Awards 2025

Terdapat pola aksi demonstrasi yang dinilai terus berulang dari berbagai aksi demonstrasi tersebut. Berikut ulasan selengkapnya.

Peru: Dari Timeline ke Jalanan

Di Kota Lima, Peru, terdapat aksi protes para Gen Z yang pecah pada Minggu, 21 September 2025.

Diketahui, ratusan warga, mayoritas generasi muda, turun ke jalan menolak praktik korupsi, kejahatan geng, dan aturan baru dana pensiun di negaranya.

Diketahui, awalnya mereka terkumpul lewat seruan digital, aksi itu berubah ricuh setelah polisi menembakkan gas air mata. Sedikitnya 18 orang terluka, sementara jumlah penangkapan masih belum diumumkan.

Seorang pelajar 18 tahun di Peru, Jonatan Esquen menyebut gerakan ini sebagai kebangkitan anak muda.

“Karena orang-orang akhirnya menyadari kamu muda aktif di media sosial dan arena politik,” ujar Esquen kepada AFP.

Baca Juga: Alasan Inggris Akui Kemerdekaan Palestina di Tengah Desakan Aneksasi Tepi Barat oleh 2 Menteri Kontroversial Israel

Suara Kekecewaan di Peru

Di sisi lain, banyak peserta aksi merasa jenuh dengan sistem politik di negaranya, Peru.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X