“Bentrok yang terjadi pekan lalu, berada di lokasi permukiman warga. Jauh dari lokasi perusahaan. Kami tidak ingin anarkis. Kami berusaha agar masyarakat tetap pada batas koridor,” tutup Sofyar.
BANTAH DONATUR
Hal senada diutarakan Ketua LPM Poboya, Herman Pandejori. Dia mengatakan, mereka menuntut hak hidup, kesempatan bekerja, dan mendapat keadilan. Masyarakat dan warga penambang di Poboya berharap ada keadilan bagi mereka putra daerah. Perlakukan mereka dengan manusiawi.
"Kami berharap, pemerintah dapat mencari solusi terbaik bagi kami ini. Kami penduduk asli Poboya, bukan transmigrasi dari luar. Tolong dengarkan aspirasi kami juga,"ujar Herman.
Baca Juga: Sikapi Insiden Poboya, Ahmad Ali Minta Proses Hukum Menjadi Jalan Terakhir
“Kami juga ingin berkembang. Ekonomi semakin bagus dan hak hidup dilindungi,” pintanya.
Terkait kejadian bentrok antara aparat kepolisian dengan warga pekan lalu, Herman meminta agar Kapolres, Kabag Ops, dan Kapolsek, dicopot dari jabatannya.
"Sebaiknya dicopot mereka-mereka itu tadi,"tegasnya pada konferensi pers sore itu.
Pantauan di Poboya Minggu sore, pasca bentrok polisi dan warga pekan lalu, sebagian warga Poboya bertahan di lokasi kejadian. Mereka menyatakan masih menutup sebagian badan jalan, sebelum ada solusi yang ditawarkan kepada masyarakat.
Baca Juga: Rusuh Demo Tambang Emas Poboya Palu, Warga Bakar Alat Berat Perusahaan
Selain itu, warga Poboya juga menolak disebut ada donatur yang membiayai warga, sehingga masih saja berani memblokade jalan akses menuju PT CPM.
"Tidak ada itu (donatur). Ini aksi spontanitas saja,"tegas warga setempat. ***