METRO SULTENG-Kasus dugaan korupsi program pengadaan alat Tehknologi Tepat Guna (TTG) dan website Desa yang saat ini di tangani penyidik Tipikor Polda Sulteng dan Polres Donggala, mulai ada titik terang siapa aktor dibalik program tersebut.
Penyidik tipikor Polda Sulteng sudah melakukan pemeriksaan terhadap 362 orang saksi yakni 116 Kades, 32 Camat, pihak pemda dan swasta terkait kasus dugaan korupsi TTG.
Sementara dalam kasus website desa yang ditangani penyidik tipikor polres donggala telah memeriksa 13 saksi, namun belum menetapkan tersangka karena masih menunggu perhitungan kerugian negara dari BPKP.
Salah satu saksi kunci yang berhasil diwawancarai Metro Sulteng.com usai diperiksa penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulteng mengakui, bahwa dua program pengadaan alat TTG dan website desa pemda donggala itu jelas ada aktor utama dan aktor eksekusi dana.
"Pak Bupati perintah untuk ambil uang sama ibu Mardiana dan yang eksekusi itu pak lubis,ibu Hikmah dan suaminya pak Muhlis"terang AS saksi kunci dibalik telpon yang namanya kami rahasiakan.
Menurut AS, Donggala">Bupati Donggala Kasman Lassa,DB Lubis,Hikmah Lassa dan suaminya Muhlis diduga banyak mengambil dana TTG dan website desa. Selain itu dirinya adalah salah satu karyawan Mardiana yang mengantar peralatan alat TTG dan mengetahui dimana saja aliran dana itu.
Saksi kunci menambahkan, DB Lubis,Hikmah Lassa dan suaminya Muhlis adalah aktor eksekusi di lapangan saat pencairan dana di desa. Hal itu dibuktikan dengan bukti-bukti berupa foto, video, rekaman percakapandan rekap penerimaan uang TTG dan website desa yang dipegang oleh Mardiana.
Baca Juga: Polda Sulteng Tangkap 137 Orang Terkait Narkoba, Ini Penjelasan Kompol Sugeng Lestari
"Uang barang yang diambil ibu Mardiana dari desa itu hanya transit saja, istilahnya numpang lewat karena sudah langsung diambil sama mereka," terang saksi kunci.
Sebagai orang lapangan, kata AS sejumlah foto penyerahan uang dari desa ke Mardiana hanyalah sebuah bukti penerimaan pembayaran barang saja, karena setelah itu uangnya langsung disetor ke Bupati lewat mereka bertiga selaku aktor eksekusi dilapangan.
"Setiap kami antar barang mereka pasti tau karena dorang cek langsung ke desa sudah dibayar atau belum. Jadi biar tidak kase tau dorang tau desa sudah bayar sama ibu Mardiana," ungkap AS.
Baca Juga: Tinjauan Lokasi KTT ASEAN Di NTT, Presiden Jokowi Akan Promosikan Keindahan Labuan Bajo
Lebih lanjut AS menjelaskan, akibat pengambilan dana yang dilakukan oleh para aktor tersebut Mardiana mengalami kerugian yang sangat besar dan memiliki hutang kepada pemilik toko selaku penyedia barang.
