METRO SULTENG - Mantan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Khusus, Muhamad Haniv, kembali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pemeriksaan dilakukan terkait dugaan gratifikasi yang menjeratnya saat masih menjabat pada periode 2015-2018, atau saat
Menteri Keuangan dijabat Sri Mulyani yang membawahi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
"Dugaan tindak pidana korupsi gratifikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan," kata juru bicara KPK, Budi Prasetyo, kepada wartawan, Senin 15 September 2025.
Baca Juga: Ketua DPD RI Apresiasi Sulteng, Jadi Tuan Rumah Pertama Milad Nasional BKPRMI di Luar Jawa
Pemeriksaan berlangsung di gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan. Meski begitu, KPK belum memastikan apakah Haniv akan langsung ditahan usai pemeriksaan.
Sebelumnya, Haniv juga telah dimintai keterangan pada Selasa 10 Juli 2025. Saat itu, ia bungkam dan enggan memberikan penjelasan setelah diperiksa selama lima jam.
KPK menetapkan Haniv sebagai tersangka lantaran diduga menyalahgunakan kewenangan jabatannya untuk meminta sejumlah uang dari pihak-pihak tertentu. Uang tersebut disebut dipakai untuk kebutuhan bisnis fashion anaknya.
Baca Juga: Tak Hanya Tanpa Papan Proyek, Tambatan Perahu One Ete juga Diduga Gunakan Material Ilegal
Dalam modusnya, Haniv memanfaatkan jejaring yang ia miliki di lingkungan DJP. Ia bahkan mengirimkan e-mail permintaan bantuan modal kepada sejumlah pengusaha yang merupakan wajib pajak.
Praktik ini diduga menimbulkan konflik kepentingan karena menggunakan jabatan publik untuk menguntungkan kepentingan pribadi.
Kasus ini semakin menyoroti persoalan integritas di institusi perpajakan. Sebagai pejabat publik yang seharusnya menjaga kepercayaan masyarakat, Haniv justru diduga memanfaatkan posisinya untuk kepentingan keluarga.
Baca Juga: Dakwah Digital: Tujuannya Merangkul, Bukan Memaksa
KPK menilai praktik penyalahgunaan jabatan semacam ini berpotensi merusak kredibilitas DJP dan menurunkan kepercayaan wajib pajak terhadap sistem perpajakan.
Hingga kini, KPK masih mendalami peran Haniv dan aliran dana yang digunakan dalam bisnis keluarga tersebut.
Publik menanti langkah tegas lembaga antirasuah dalam menuntaskan kasus ini sebagai bentuk penegakan hukum dan peringatan bagi pejabat lain.***