Atas inisiatif keluarga, jenazah akhirnya dipindahkan ke RS Polri Kramat Jati untuk menghindari pembusukan dan menjalani proses autopsi yang dilakukan pada Sabtu (5/4/2025).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menyebut hasil awal autopsi menunjukkan adanya infeksi berat di paru-paru yang diduga Tuberkulosis (TBC).
“Dokter menemukan perlengketan hebat di paru kanan yang menempel pada dinding dada. Hampir semua organ menunjukkan tanda perbendungan cairan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (6/4/2025).
Meski demikian, pihak kepolisian masih menunggu hasil lengkap toksikologi dan histopatologi untuk memastikan penyebab pasti kematian Situr Wijaya.
Rekaman CCTV hotel menunjukkan hanya satu orang saksi wanita berinisial V, yang terlihat bersama almarhum sejak 3 April pukul 18.50 WIB hingga jenazah ditemukan. Tak ada orang lain yang terlihat keluar atau masuk kamar dalam rentang waktu tersebut.
Sementara itu, foto-foto jenazah yang diterima keluarga memperlihatkan adanya lebam di wajah almarhum.
Ketua PWI Peduli Sulteng, Syahrul, menegaskan pihaknya tidak ingin berspekulasi dan memilih menunggu hasil autopsi resmi.
“Kami ingin tahu kebenaran dan menunggu hasil autopsi resmi dari pihak berwenang,” kata pria yang akrab disapa Heru Kaboter tersebut.
Di sisi lain, diketahui bahwa almarhum Situr memang tengah menjalani pengobatan penyakit paru-paru. Hal itu terungkap dari percakapan WhatsApp yang masih tersimpan di ponselnya, yang kini sudah diamankan untuk keperluan penyelidikan.
“Cukup doakan saja ane. Lagi rawat jalan, saya divonis paru,” tulis Situr dalam pesan kepada seorang sahabatnya.
Kematian mendadak Situr Wijaya kini masih menjadi perhatian banyak pihak, sembari menunggu hasil autopsi remsi. (Jef).