Penyakit Udang Masih Jadi Soal, Standarisasi Hatchery, Laboratorium Penyakit dan SOP Budidaya Penting

photo author
- Kamis, 2 Januari 2025 | 07:04 WIB
Salah satu tambak udang di Sulteng yang sudah menggunakan teknologi budidaya ala Ekuador. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: dok)
Salah satu tambak udang di Sulteng yang sudah menggunakan teknologi budidaya ala Ekuador. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: dok)

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Udang merupakan salah satu komoditi unggulan sektor KP, karena menyumbang hampir 40 persen dari devisa ekspor perikanan dan bisa menyerap tenaga kerja hingga jutaan jiwa apabila potensi dimaksimalkan.

Pada tahun 2023, devisa dari si bongkok sekitar $US 2,2 miliar dari total devisa ekspor hasil Perikanan Indonesia, $US 5,6 miliar dengan volume ekspor hampir 250 ribu ton dari total produksi udang hasil budidaya mendekati angka 500 ribu ton.

Kinerja komoditi ini dalam lima tahun terakhir cenderung tidak bergerak, mengalami stagnasi. Padahal udang menjadi salah satu prioritas dan major project kabinet Indonesia bersatu pada tahun 2019-2024.

Bahkan telah dibuat proyeksi maupun strategi peningkatan produksi sebesar 250 persen pada akhir tahun 2024 menjadi 2 juta ton. Namun keinginan itu masih jauh dari harapan, harus dievaluasi dan dibutuhkan kerja keras lagi.

Baca Juga: Industri Udang Perlu Dibenahi, Pelaku Menaruh Harapan Pada Pemerintah Baru

Harapan itu diharap diteruskan oleh kabinet merah putih tahun 2024-2029 melalui Asta Cita, yaitu Asta ke-3 pengembangan infrastruktur, ke-4 SDM, sains dan teknologi, ke-5 hilirisasi - industrialisasi serta Asta ke-8, menjaga lingkungan.

Penyakit udang seperti White Spote, Taura, APHND dan EHP telah menjadi penyebab utama, sehingga peningkatan produksi sulit direalisasikan. Jenis virus ini harus diwaspadai, karena dengan cepat menular.

Ekuador negara yang beriklim tropis sama dengan Indonesia, pada saat ini menjadi produsen udang terbesar dunia, diikuti oleh China, India, Vietnam, dan Indonesia serta Thailand.

Pada tahun 2023, negara yang bergaris pantai sekitar 2.700 km ini memproduksi udang 1,3 juta ton dari produksi udang dunia sebesar 5,7 juta ton dan devisa ekspor udang Negara Ekuador hampir tembus $US 9,0 miliar.

Lima negara utama lainnya berproduksi pada kisaran 350-800 ribu ton, dan pada saat ini terus meningkatkan kinerjanya melalui perbaikan inovasi dan teknologinya untuk mengisi kebutuhan pasar dunia sekitar 7 juta ton pada tahun 2023.

Ekuador pada periode 2000 - 2010, juga bebak belur karena serangan virus. Pada kala itu ptoduksi udang Ekuador tidak sampai 100 ribu ton, berada dibawah Indonesia sekitar 200 ribu ton. Kondisi ini kemudian tidak membuat mereka patah arang, namun terus berjuang mencari solusi.

Baca Juga: Pangsa Pasar Udang RI Baru 1,9 Miliar USD, Penyakit dan Daya Saing Menjadi Persoalan, Tantangan Bagi Ispikani

Tahun 2011 industri udang di Ekuador mulai bangkit setelah mereka berhasil melakukan domestikasi maupun perbaikan genetik induk udang vaname secara mandiri. Dan kemudian memicu berkembangnya bisnis breeding, menghasilkan induk udang.

Pemerintah Ekuador kemudian mengeluarkan regulasi tidak memperbolehkan impor induk, namun memperbolehkan untuk
ekspor. Impor induk berisiko terhadap masuknya penyakit dari luar ke negara mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X