Autoclave Pertama Tiba, Proyek HPAL Pomalaa PT Vale Masuki Fase Kunci Hilirisasi Nikel

photo author
- Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43 WIB
Peresmian dimulainya proyek KNI dan pemasangan autoklaf pertama (IST)
Peresmian dimulainya proyek KNI dan pemasangan autoklaf pertama (IST)

METROSULTENG — Proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa mencatat tonggak strategis baru dengan kedatangan dua unit autoclave pertama. Proyek yang dikembangkan oleh PT Vale Indonesia Tbk bersama mitra strategis PT Kolaka Nickel Industry (KNI) ini menjadi bagian penting dari Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa dalam mendukung agenda hilirisasi nikel nasional.

Kedatangan autoclave tersebut menandai kesiapan fasilitas pengolahan nikel berteknologi tinggi yang akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik dan energi terbarukan.

Seremoni penyambutan autoclave digelar dan dihadiri jajaran manajemen PT Vale, KNI, serta para mitra proyek, termasuk Indonesia Pomalaa Industrial Park (IPIP), Huayou Southern Construction Command, MCC20, dan pemangku kepentingan terkait.

Baca Juga: First Digging Ceremony, PT Vale dan PAMA Resmi Mulai Aktivitas Penambangan di IGP Pomalaa

Autoclave merupakan komponen inti dalam proses HPAL, di mana slurry bijih laterit dipanaskan pada suhu 240–270°C dengan tekanan tinggi hingga 5.600 kPa, lalu direaksikan dengan asam sulfat dan uap panas untuk melarutkan nikel dan kobalt. Proses ini menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan baku utama nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk industri baterai kendaraan listrik.

Fasilitas HPAL Pomalaa ditargetkan memiliki kapasitas produksi hingga 120.000 ton MHP per tahun, sekaligus memperkuat peran Indonesia sebagai pemain strategis dalam industri baterai global. Tiga unit autoclave tambahan saat ini tengah difinalisasi jadwal kedatangannya oleh tim KNI.

Chief Project Officer PT Vale Indonesia, Muhammad Asril, menyatakan bahwa kedatangan autoclave ini menjadi fase krusial dalam pembangunan proyek.

“Autoclave adalah jantung dari proses HPAL. Teknologi ini memungkinkan pengolahan bijih laterit menjadi produk bernilai tambah tinggi, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik. Kami berkomitmen menjalankan proyek ini dengan mengedepankan keselamatan, keberlanjutan, dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga: PT Vale Blok Pomalaa Jual Ore Usai Kantongi Izin RKAB

Sementara itu, Deputy General Manager PT Kolaka Nickel Industry, Shao Weisheng, menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah nyata menuju pengoperasian fasilitas HPAL kelas dunia di Pomalaa.

“Kedatangan autoclave menandai kemajuan signifikan proyek HPAL Pomalaa. Teknologi ini membuka peluang besar bagi hilirisasi nikel dan mendukung visi Indonesia sebagai pemain utama industri baterai global,” katanya.

Proyek HPAL Pomalaa tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai tambah mineral, tetapi juga mendorong transfer teknologi, penguatan kapasitas tenaga kerja nasional, serta penciptaan dampak sosial dan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat Sulawesi Tenggara.

Melalui pengolahan mineral di dalam negeri, proyek ini diharapkan memperkuat ketahanan industri nasional, memperkokoh posisi Indonesia dalam rantai pasok global berkelanjutan, serta berkontribusi pada transisi energi dan ekonomi rendah karbon. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iwan MS

Tags

Rekomendasi

Terkini

X