Pangsa Pasar Udang RI Baru 1,9 Miliar USD, Penyakit dan Daya Saing Menjadi Persoalan, Tantangan Bagi Ispikani

photo author
- Selasa, 27 Agustus 2024 | 08:01 WIB
Hasanuddin Atjo (paling kanan) saat menghadiri seminar nasional Ispikani di Jakarta.
Hasanuddin Atjo (paling kanan) saat menghadiri seminar nasional Ispikani di Jakarta.

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
(Dewan Pakar Ispikani)

Sejumlah tantangan terungkap pada seminar nasional tentang budidaya perikanan Indonesia berkelanjutan yang dilaksanakan di Aryaduta Hotel Jakarta, Sabtu 24 Agustus 2024. Diantaranya pangsa pasar (market share) udang RI di pasar global dinilai masih rendah.

Ketua Umum Ikatan Sarjana Perikanan (Ispikani),  Dr. Agus Suherman mengemukankan bahwa seminar ini bertujuan antara lain menyambung tali silaturahim sesama anggota dari Sabang hingga Marauke. 

Selain itu, menjaring masukan terkait strategi peningkatan produksi ikan budidaya yang berkelanjutan di perairan darat, pesisir dan laut agar nantinya mampu menjamin penyediaan  pangan nasional dan berperan memenuhi kebutuhan global.

Sementara itu Menteri KP yang diwakili Dirjen Budidaya Dr.T.B Heru Rahayu mengemukakan bahwa penerapan konsep Blue Ekonomi menjadi strategi KKP dalam penyediaan protein dan devisa maupun kesejahteraan masyarakat berkelanjutan.

Baca Juga: Shrimp Club Indonesia (SCI) Menilai Desentralisasi Prosesing Udang Mendesak

TB Heru, mengatakan bahwa KKP sangat berharap masukan konstruktif dari Ispikani yang diakui tersebar luas di berbagai stakeholders, mulai akademisi, praktisi, pelaku usaha, media,   komonitas dan pemerintah.

Kedepan sinergitas seperti ini yang akan terus kita bangun dan tingkatkan. Tidak boleh lagi bekerja sendiri sendiri. Tanpa upaya itu, kita sulit bisa keluar dari persoalan produksi, mutu maupun daya saing yang semakin ketat.

Komoditi udang dalam seminar itu yang paling banyak disorot. Pasalnya komoditi ini sejak lama menjadi unggulan sektor KP sebagai penyedia protein hewani, sumber devisa dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Bahkan menjadi satu diantara major project pemerintah RI periode 2019 - 2024, karena devisa ekspor hasil perikanan hampir 40 persen disumbang oleh komoditi ini. Dan saat itu telah  diproyeksikan program peningkatan produksi  maupun ekspor sebesar 250 persen.

Dalam sepuluh tahun terakhir besaran investasi pemerintah dan swasta terhadap industri udang  terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya saja produksi dan ekspornya sulit bergerak naik, ini antara lain dikarenakan belum mampu mengatasi serangan penyakit secara penuh dan membangun daya saing yang kompetitif.

Produksi udang nasional pada tahun 2023 berdasarkan data yang diperoleh dari asosiasi perudangan Indonesia sebesar 400 ribu ton dan volume ekspor sekitar 0,25 juta ton. Angka ini dihitung berdasarkan jumlah pakan yang beredar dan benur yang diproduksi.

Baca Juga: Bincang Santai Dengan Gubernur Rusdy Mastura, Bahas Daya Saing Komoditi Pangan hingga IKN

Produksi kita kalah jauh dari negara kecil seperti Equador. Negeri ini pada tahun yang sama bisa memproduksi 1,2 juta ton udang, sementara itu Vietnam dengan perairan yang tidak terlalu bagus, andalkan sungai Mekong, berproduksi sebanyak  0,6 juta ton.

Garis pantai Equador kurang lebih 2.300 km dan Vietnam sekitar 3.700 km. Sementara itu negeri kita garis pantainya hampir 100 ribu kilometer dan terpanjang kedua dunia.

Kondisi perairan pesisir kita di sejumlah wilayah  masih baik. Hal ini merupakan modal dasar dan memberi harapan untuk merealisasikan target produksi dan ekspor, bergantung pada strategi maupun konsistensi program.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X