Kedua KEK Pangan tersebut nantinya dapat saling menopang. Karena satunya berada di Selat Makassar, dan satunya lagi di Teluk Tomini.
KEK Tambu akan didukung keberadaan Kabupaten Sigi, Kota Palu, Buol dan Tolitoli, bahkan Gorontalo dan Manado.
Baca Juga: Budidaya Ikan Nila Strategis dalam Penyediaan Protein dan Membuka Lapangan Kerja
Sementara KEK Kasimbar mendapat dukungan dari Poso, Touna, Banggai Bersaudara, Morowali. Juga memungkinkan mengakomodir bahan baku dari Maluku dan Papua yang ditunjang oleh Tol Laut.
Pembangunan KEK Pangan di wilayah Tambu dan Kasimbar, menurut Atjo sebagai upaya intervensi pemda dalam menyiapkan hilirisasi pangan di Sulteng. Mesti diintervensi dari hulu sampai ke hilir. Jika tidak dilakukan intervensi, mustahil akan sesuai proyeksi.
Untuk memudahkan pembangunan KEK Pangan di dua lokasi tadi (Tambu dan Kasimbar), Pemprov Sulteng seyogianya tidak bekerja sendirian. Bisa melibatkan 12 kabupaten dan 1 kota di Sulteng. Sebaiknya mereka juga memiliki saham di KEK, minimal terkait kepemilikan lahan.
"Pemda yang bebaskan lahannya. Setelah itu bangun infrastruktur dasar, sehingga bisa menarik minat investor masuk berinvestasi di KEK. Seperti ketersediaan air, listrik, jaringan telekomunikasi dan internet, jalan di dalam kawasan dan sebagainya, harus disiapkan secara memadai," ujarnya sebagaimana skema pengembangan KEK Pangan.
Untuk melakukan pembangunan KEK Pangan beserta teknis pengelolaan dan pengembangannya, Pemprov Sulteng disarankan membuat roadmap-nya. Supaya terarah dan tidak terkesan asal jadi. Dengan perencanaan yang baik, hasilnya juga pasti akan lebih baik.
"Saya meyakini, Sulteng bisa mewujudkan cita-citanya menjadi penyangga IKN bila KEK Pangan direalisasikan. Potensi dan prospek itu ada, tinggal bagaimana desain dan eksekusinya," ujarnya.
Atjo sudah bisa membayangkan bila kedua KEK Pangan tersebut nantinya bisa seperti KIMA (Kawasan Industri Makassar) di Sulawesi Selatan. Sejumlah tenan yang memproses pangan hingga industri supporting-nya berada dalam satu kawasan. Ini akan sangat luar biasa bila juga diikuti Sulteng.
"Dan kondisi anomali yang saat ini mendera Sulteng, yaitu pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi kemiskinan dan pengangguran juga tinggi, bisa semakin diminimalkan," tandas Dr. Atjo. ***