Budidaya Ikan Nila Strategis dalam Penyediaan Protein dan Membuka Lapangan Kerja

photo author
- Senin, 19 Februari 2024 | 09:04 WIB
Dr Hasanuddin Atjo (kanan) saat berkunjung ke salah satu breeder di Pasuruan Nils KEKAR, Kartoyo. (Foto: Ist).
Dr Hasanuddin Atjo (kanan) saat berkunjung ke salah satu breeder di Pasuruan Nils KEKAR, Kartoyo. (Foto: Ist).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Dua permasalahan yang cukup serius tengah dihadapi negara bergelar negeri kepulauan ini, berpenduduk 280,73 juta jiwa, yaitu angka stunting maupun tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang tergolong tinggi.

Karena dinilai penting, kedua isu ini menjadi bagian visi dan misi oleh peserta kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden pada Pemilu tahun 2024 yang baru saja dihelat.

Proses hitung cepat, "Quick Count" oleh sejumlah lembaga survei bahwa Pilpres tahun 2024 berlangsung satu putaran dan dimenangkan pengusung program "makan siang gratis" upaya menekan angka stunting sekaligus membuka lapangan kerja.

Baca Juga: Teknologi Budidaya Udang ala Ekuador, Telah Diujicobakan di Kabupaten Parigi Moutong Sulteng

Angka stunting nasional 2023 berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) sebesar 21,6 persen, dari sebelumnya 24, 4 persen. Pemerintah berharap angka ini bisa turun menjadi 14 persen diakhir tahun 2024. Ini memerlukan upaya ekstra untuk turun sebesar 6,2 persen.

Stunting antara lain disebabkan oleh kurangnya asupan protein hewani saat anak dikandung hingga usia 24 bulan setelah lahir. Dan persoalan ini menjadi salah satu program prioritas pemeritahan Jokowi dan Mar'uf Amin untuk dientaskan yang akan dilanjutkan "pemenang kontestasi Pilpres 2024".

Selanjutnya menurut data BPS, TPT bulan Agustus tahun 2023 sebesar 5,86 persen, berkurang sebesar 1,15 persen dari TPT bulan Agustus tahun 2020, yang mencapai 7,07 persen. Pada Saat itu TPT meningkat cikup tajam karena adanya sejumlah pemutusan hubungan kerja, dampak pandemic Covid 19.

Program "makan siang dan susu gratis" dinilai sejumlah kalangan relevan dengan upaya menurunkan angka stunting, sekaligus membuka lapangan kerja bagi usaha kuliner UMKM di sejumlah daerah.

Penyediaan protein hewani diperkirakan memingkat tajam dari tahun-tahun sebelumnya. Dan kebutuhan ini sudah harus dipersiapkan strateginya agar tidak terkendala pada saat program ini diimplementasikan. 

Baca Juga: Menteri Kelautan Menilai Teknologi Budidaya Udang Masih Tertinggal, Penyebab Produktivitas Rendah

Induk ikan Nila KEKAR di Pasuruan
Induk ikan Nila KEKAR di Pasuruan
Idealnya kebutuhan di setiap daerah harus dipenuhi sendiri oleh aktivitas usaha ekonomi setempat, dan menghindari suplai dari tempat lain, apalagi harus mengimpor dari negara lain.

Budidaya ikan Nila menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan itu selain unggas, telur dan ternak besar. Saat ini, budidaya nila yang asalnya dari sungai Nil di Mesir mulai marak dilakukan oleh masyarakat.

Skala usahanya mulai rumahan, yang memanfaatkan halaman menggunakan kolam terbuat dari tarpal plastik menerapkan teknologi "bioflok", hingga kepada usaha di kolam kolam air tawar, dan karamba jaring apung di danau atau waduk.

Bahkan saat ini budidaya nila bisa dilakukan di tambak payau yang bersalinitas hingga 15-20
permil yang banyak tersebar hampir di seluruh wilayah RI, yang pada saat ini digunakan juga sebagai wadah budidaya udang dan bandeng.

Ikan nila memiliki beberapa keunggulan. Antara lain lebih mudah dibudidaya, lebih tahan terhadap penyakit, tolerasi terhadap salinitas yang lebar, 0 - 20 permil, cita rasa yang banyak digemari masyarakat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X