Produksi dan Ekspor Udang Turun, Semangat dan Daya Saing Harus Dibangun

photo author
- Selasa, 19 September 2023 | 06:08 WIB
Dr Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).
Dr Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).

Jika produksi harus dipasarkan ke Surabaya, karena harga dan daya serap lebih tinggi dari Makassar, maka waktu tempuh menjadi lima hari mengggunakan transportasi integrasi darat dan laut. Ongkos logistik dengan cara seperti ini, dua kali lipat dibanding dipasarkan ke Makassar.

Berdasarkan data yang dirilis ITC Trade Market (2023) bahwa ekspor udang ke pasar dunia pada tahun 2020 sebesar 2.507.223 MT, oleh Ekuador (657.122 MT), kemudian India (575.426 MT), dan Vietnam (378.310 MT), serta Indonesia ( 229.995 MT). Sisanya dari negara lain.

Selanjutnya ekspor ke pasar dunia tahun (2022) meningkat menjadi 3.085.386 MT. Dan diprediksi pada tahun 2023, ekspor udang tetap meningkat, meskipun harga udang di pasar dunia cenderung turun. Disinilah pertarungan bagaimana strategi efisiensi dibangun oleh negara produsen utama.

Ekspor Ekuador pada tahun (2022) meningkat dua kali lipat menjadi (1.140.881 MT), India (704.031 MT), Vietnam (379.193 MT), Indonesia tidak meningkat signifikan, tumbuh 0,62 % (231.413 MT). Diperkirakan pada tahun 2023 ekspor Indonesia akan turun menjadi (202.262 MT) atau sebesar -12,59 persen.

Persoalan Indonesia tidak hanya mahalnya HPP, tetapi pasarnya dominan ke Amerika Serikat yang saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup panjang dan berdampak terhadap menurunnya permintaan udang negeri Paman Sam karena daya beli terganggu.

Berdasarkan data bersumber dari NOAA (2023) bahwa ekspor udang Indonesia ke pasar Amerika Serikat tahun 2020 sebesar 145.934 MT atau kurang lebih ( 63,5 %) dari total ekspor. Selebihnya diekspor ke Jepang , Uni Eropa dan China. Pada tahun 2020 Amerika Serikat mengimpor udang sebesar 747.384 MT.

Baca Juga: Tebar Padati, Tumbuh Cepat & Pasar Lokal Strategi Siasati Harga Udang

Pada tahun 2022 ekspor udang Indonesia ke pasar Amerika Serikat sebesar 139.939 MT atau turun sekitar - 4,1 %. Dan diperkirakan ekspor tahun 2023 akan menurun lagi pada kisaran angka 120.000 MT dengan harga tidak sebaik dari sebelumnya.

Ekuador, India dan Vietnam lebih dahulu memperbesar pasar ke Uni Eropa. Negara-negara ini juga telah membuka pasar ke China karena permintaan mendekati 1 juta ton meskipun harga lebih murah dari Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.

Melihat dinamika industri udang yang telah diuraikan, Indonesia seyogianya melakukan upaya yang antisipatif dan perbaikan kinerja antara lain ; (1) menjaga semangat pembudidaya, (2) membuka pasar baru, termasuk dalam negeri, (3) memperbaiki sistem budidaya, dan (4) mengembangkan industrialisasi berbasis cluster pulau besar.

Menjaga semangat pembudidaya menjadi poin penting, karena saat ini sejumlah pembudidaya sedang mengalami “shock” karena harga yang diterima berkurang hingga 30 % dari sebelumnya dengan risiko usaha yang tinggi karena ancaman penyakit.

Mematuhi aturan perizinan yang telah dibuat sejumlah kementerian teknis dinilai penting dalam upaya keteraturan dan membangun daya saing memenuhi tuntutan tamah lingkungan. Hanya saja “tekanan-tekanan” oleh pihak tertentu terkait dengan penerapan aturan itu perlu diminimalkan dahulu.

Baca Juga: Produksi Udang Nasional 2 Juta Ton Dihadang Efisiensi, Standarisasi dan Investasi

Upaya menerapkan standarisasi terkait dengan perizinan tentunya bisa dilakukan secara persuasif, karena pembudidaya udang pada saat ini dalam kondisi “sakit”. Dan juga sementara berupaya melalui asosiasi dan personal memperbaiki sistem budidaya dan efisiensi agar usaha bisa membaik, meski tidak akan sebaik dari sebelumnya.

Membuka pasar baru seperti ke UE dan China diperlukan effort ekstra. Menembus ke pasar UE menuntut mutu yang lebih tinggi dan harus bisa ditelusur terkait cara budidaya dan pasca panennya hingga cara prosesingnya. Dan hal inilah masih menjadi salah satu kendala serius.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X