Produksi Udang Nasional 2 Juta Ton Dihadang Efisiensi, Standarisasi dan Investasi

photo author
- Kamis, 6 Oktober 2022 | 21:19 WIB
Dr Hasanuddin Atjo, Ketua SCI Sulawesi. (foto: dok.pribadi)
Dr Hasanuddin Atjo, Ketua SCI Sulawesi. (foto: dok.pribadi)

Oleh: Hasanuddin Atjo (Ketua SCI Sulawesi)

PEMERINTAH Republik Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan target produksi udang nasional naik sebesar 250 % dari angka 800 ribu ton di tahun 2019, menjadi 2 juta ton di akhir tahun 2024. ini merupakan tindak lanjut dari major project di RPJMN 2019-2024 era Presiden Jokowi.

Target yang melompat ini, direspon beragam. Mulai optimis, setengah optimis dan yang pesimis. Respon semacam ini ditanggapi sejumlah orang masih wajar, karena antara lain, kinerja udang nasional dalam 10 tahun terakhir bergerak sangat lamban, dan cenderung stagnan.

Terlepas dari ragam tanggapan itu sejumlah alasan mendasari target peningkatan tersebut antara lain; beriklim tropis menunjang proses budidaya sepanjang tahun, garis pantai terpanjang ke 2 dunia, dan potensi budidaya kurang lebih 1,5 juta ha. Dan masyarakat di pesisir familiar dengan usaha ini.

Selain itu, suplay udang dunia hasil tangkapan alam semakin terbatas dan cenderung menurun, sehingga pengembangan budidaya menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan yang diperkirakan masih kurang sekitar 1,5 juta ton dari kebutuhan sebesar 6 juta ton di tahun 2020.

Tidak heran, sejumlah negara yang memiliki garis pantai ikut berlomba meningkatkan produksi budidaya, melalui perbaikan teknologi input produksi, budidaya, dan dukungan regulasi. Tujuannya agar market share di pasar dunia dan perolehan devisanya bisa lebih ditingkatkan.

Equador, India dan Vietnam adalah negara dengan garis pantai relatif pendek dibandingkan Indonesia. Garis pantai Equdor hanya sekitar 2.237 km, Vietnam 3.200 km, India 8.700 km dan Indonesia mendekati 100.000 km, juga sebagai negara Kepulauan yang secara ekologis sesungguhnya lebih diuntungkan.

Meskipun bergaris pantai pendek,
produksi udang Equador di 2021 sebesar 1,1 juta ton, dan India 0,8 juta ton, serta Vietnam 0,6 juta ton. Sementara itu Indonesia di tahun yang sama produksinya hanya 0,5 juta ton (FAO 2021, diolah), sangat ironis. Sejumlah pihak berharap agar disparitas ini menjadi motivasi bagi Indonesia untuk lebih bekerja keras.

Market Share Indonesia tahun 2021 terhadap pasar dunia diperkirakan sebesar 250 ribu ton atau sekitar 4 %, dan memberi kontribusi hampir 40 % dari devisa total ekspor hasil perikanan yang bernilai 5,72 milyar dolar US. Dan ini adalah tantangan untuk ditingkatkan karena potensi sumberdaya yang ada serta pasar yang terbuka.

Fenomena menarik lain ditunjukkan oleh negara negara di Afrika yang mulai berbudidaya udang, meski iklimnya ekstrim. Mesir, Oman dan Yaman dengan inovasi teknologi, berhasil mengembangkan Project budidaya udang yang kini telah berproduksi memenuhi kebutuhan dalam negerinya.

Keberhasilan negara yang bergaris pantai pendek dan beriklim ekstrim tentunya menjadi tantangan dan sekaligus motivasi, bahwa target peningkatan produksi udang 250 % sangat mungkin direalisasikan dengan memetakan sejumlah akar masalah dan menyusun roadmap atau peta jalan.

Memproduksi udang sebesar 2 juta ton, setiap tahun dibutuhkan input produksi berupa benur sekitar 400 milyar ekor, dan pada saat ini baru bisa dipenuhi sekitar 90 milyar ekor dengan kualitas yang beragam. Ini disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya peningkatan kinerja produksi.

Membutuhkan induk udang sekitar 1,6 juta pasang dan saat ini baru sekitar 400 ribu pasang. Dominan diimpor dari NBC-BMC yang ada di Hawai dan Florida. NBC, Nucleus Breeding Center adalah fasilitas improvement genetics, sedangkan BMC, Breeding Multification Center adalah fasilitas perbanyakan induk yang memelihara hasil NBC.

Pakan udang dibutuhkan sekitar 3 juta ton. Tepung ikan, kedelai serta tepung terigu adalah komponen pakan udang yang dominan masih harus impor. Dari sisi cost produksi pakan mengambil porsi sekitar 60 %. Jika cost produksi per kg udang Rp 40 ribu, maka cost untuk pakan sekitar Rp 25 ribu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X