Senjakala Relawan Berburu Remah- Remah Kekuasaan

photo author
- Selasa, 25 Juli 2023 | 18:16 WIB
Ilustrasi Relawan Jokowi
Ilustrasi Relawan Jokowi

Pesta demokrasi Pemilu 2024 akan digelar 205 hari dari saat ini. Namun dinamika politik masih sibuk terkait kulit dan bentuk, bukan tentang isi.

Pertengkaran politik tidak menyentuh substansi, masih sekitar mitra koalisi. Dari pertemuan tidak berisi, hingga kegiatan menonton pertandingan voli. Kelompok relawan sibuk deklarasi, atau dampingi Bacapres blusukan kesana kemari.

Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai wadah berhimpun dan berjuang rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut:

Baca Juga: Jam Tangan Pintar Untuk Wanita Makin Cantik, NoiseFit Diva Women-Centric Dibanderol Rp500 Ribuan

Pertama, bahwa era kebangkitan dan keterlibatan relawan secara partisipatif telah berakhir. Relawan saat ini bukan lagi wadah berhimpun rakyat yang digerakkan oleh nilai dan dipandu oleh etis moral.

Relawan saat ini tidak lebih dari kumpulan aktivis politik yang identik dengan parpol. Tujuannya, ingin terlihat dan terlibat dalam perebutan kekuasaan.

Kedua, bahwa pertengkaran politik Indonesia kosong dan kering dari ide, gagasan, dan program politik. Karena para aktivis hanya mampu bermimpi atas remah- remah kekuasaan.

Para aktivis pun kini pragmatis dan oportunis, sehingga hanya mampu menjadi tim sukses dan membentuk wadah relawan. Tidak ada Bacapres yang berlatar belakang aktivis, demikian juga dengan kepala daerah.

Tidak banyak aktivis yang berani membentuk dan mendirikan parpol, hanya mampu melahirkan wadah relawan. Akibatnya, tidak ada aktivis yang menjadi aktor dalam perbutan kekuasaan.

Ketiga, bahwa dinamika politik Indonesia saat ini diisi oleh elit politik yang hanya berjuang untuk kepentingan kekuasaan diri sendiri dan kelompok politik masing-masing.

Pembahasan kebutuhan dan kepentingan rakyat sama sekali tidak penting. Sehingga partisipasi politik warga akhirnya digerakkan oleh kepentinggan pragmatis dan oportunis, dengan pemberian hadiah atau janji, baik berupa uang, sembako, atau bentuk lainnya.

Baca Juga: Harga Gas 3 Kg di Morowali Utara Belum Stabil, Pengecer Diduga Beli dari Penyelundup

Keempat , bahwa rencana Bacapres yang mengusung tema "keberlanjutan dan kesinambungan" atau "perubahan dan perbaikan" sama sekali tidak menarik bagi rakyat. Rakyat membutuhkan "sesuatu yang baru" yang tidak sekadar simetris atau asimetris dengan program Jokowi.

Ketergantungan Bacapres akan pengaruh Jokowi, baik yang pro maupun yang kontra, membuat rakyat tidak bergairah. Rakyat butuh sosok pemimpin yang menjadi diri sendiri, lepas dari pengaruh dan bayang- bayang orang lain.

Kelima, bahwa kemenangan dalam pertarungan politik di Pilpres 2024 akan ditentukan oleh koalisi bersama rakyat (koalisi besar). Koalisi besar bukan dengan jumlah parpol yang banyak, apalagi gerombolan relawan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ramai Soal KUHAP Baru, Ketua Komisi III DPR Buka Suara

Selasa, 18 November 2025 | 17:46 WIB

Anak Muda: Melek Politik dan Melek Berpartai

Senin, 17 November 2025 | 09:26 WIB
X