METRO SULTENG-Pengamat politik Universitas Tadulako (Untad), Prof. Dr. Slamet Riadi, M.Si menanggapi wacana pembentukan koalisi besar menyusul pertemuan Presiden Jokowi dan lima ketua umum partai.
Pertemuan tersebut diketahui dihadiri oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum PPP Mardiono.
Baca Juga: Praktisi Hukum Desak KPK Ambil Alih Kasus Dugaan Korupsi TTG Dan Website Desa Pemda Donggala
Slamet Riadi menilai wacana tersebut terkesan mendapat respon dan signal politik dari Presiden Jokowi.
"Koalisi besar terkesan dan cenderung mendapatkan respon dan signal politik dari Persiden Jokowi," ujar Slamet Riadi saat dihubungi media ini, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga: Terancam Disclaimer, Hari Ini KPK Masuk Donggala Terkait Pergeseran APBD Tahun Anggaran 2023
Slamet Riadi menyebut, Presiden Jokowi bisa menjadi salah satu "king maker" dalam mengusung capres dan wacapres di Pilpres 2024 mendatang.
"Fenomena politik menunjukkan Jokowi dapat menjadi salah satu King Maker dalam mengusung capres dan wacapres," jelasnya.
Baca Juga: KLKM Morowali Desak PT MBN Beri Hak Karyawan, Minta Wasnaker Turun Evaluasi
Menurut Slamet, wacana tersebut akan menjadi wujud manuver politik untuk mengimbangi kekuatan dari Koalisi Perubahan yang telah terbentuk sebelumnya.
"Wacana koalisi besar Golkar, PAN, PKB dan Gerindra serta PPP sebagai salah satu wujud manuver politik untuk mengimbangi kekuatan koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS," terangnya.
Baca Juga: Soroti Dampak Lingkungan Akibat Tambang Nikel, Hasbullah: Pemilik IUP Kaya Raya, Kita Porak Poranda
Namun, kata Slamet dalam menentukan capres-cawapres harus yang memiliki elektabilitas yang baik.
"Sepertinya yang memiliki elektabilitas yang baik yaitu pasangan bakal calon presidennya Prabowo-Zulkifli Hasan atau Prabowo-Ridwan Kamil," tuturnya.