hukum-kriminal

Walhi Sulteng Dorong Kemandirian Pangan Holtikultura Lewat Pendampingan ke Petani

Minggu, 28 Agustus 2022 | 07:56 WIB
Walhi Sulteng dampingi petani (Foto: Sofyan)

METRO SULTENG– Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah, mendorong mengembangkan kemandirian pangan dengan melakukan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas pertanian berkelanjutan. Hal itu sebagai langkah untuk memberikan pengetahuan teknis penanaman holtikultura, pembuatan pupuk organik, dan menata lahan.

Baca Juga: Rindu Nasi Goreng Emak Dikampung, Ini Resepnya, Dijamin Enak Sekali Tak Ada Duanya

Kegiatan tersebut dilakukan di empat Desa yaitu Desa Tinuakan, Desa Towiora, Desa Panca Mukti, dan Desa Bonemarawa, Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, dengan tema “Mewujudkan Kemandirian Pangan dan Perbaikan Tata Kelola Ekologis”. Hal tersebut disampaikan Yusman sebagai Koordinator Program Walhi melalui rilis tertulis, Sabtu, (27/8/2022).

Baca Juga: Resep Pisang Goreng Crispy, Santapan Pembuka Pagi Bareng Keluarga Sambil Ngopi

Koordinator Program Walhi, Yusman mengatakan kegiatan tersebut juga bertujuan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya memastikan ketersediaan tanaman pangan yang ada di lingkungan masyarakat.

“Agar membantu mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga dan untuk kebutuhan konsumsi, kedepanya bisa menjadi sumber mata pencaharian tambahan. Kegiatan itu dilakukan di dua tempat yaitu Desa Tinuaka dengan menyatukan peserta dari Desa Towiora dan Desa Panca Mukti dengan menyatukan peserta dari Desa Bonemarawa dan melibatkan 25 perempuan di setiap desa,” ujar Yusman.

Baca Juga: Cucu ke 5 Jokowi Pulang dari Rumah Sakit, Dibungkus Kain Jarik

Yusman menjelaskan bahwa konsep Homegarden atau pertanian pekarang merupakan konsep pemanfaatan pekarangan rumah dan lahan kecil sebagai tempat untuk menanam pangan dan limbah rumah tangga yang bisa diolah menjadi pupuk organik.

Selain itu, menurutnya kondisi lahan masyarakat Kecamatan Rio Pakava secara umum hanya digunakan untuk tanaman monokultur seperti sawit, terutama di empat Desa tersebut.

Baca Juga: Listrik Tak Berfungsi, Kedai UMKM di Taman Funuasingko Morowali Layani Pelanggan Gelap-Gelapan

“Di sisi lain dominasi modal seperti HGU PT Mamuang dan PT LTT anak perusahaan Astra Agro Lestari (AAL) yang begitu luas, sehingga hampir tidak ada aktivitas masyarakat bertani untuk memanam tanaman pangan seperti sayur – sayuran,” kata Yusman.

Menurut Yusman, hal itu mengakibatkan kebutuhan dasar seperti pangan sebagian besar di dapatkan dari luar daerah dengan harga yang mahal seperti sayur kangkung Rp 5000/1 ikat dan rica/ 1 ekso Rp 10.000.

Baca Juga: Anggota Linmas Yang Ikut Lomba PBB Raih Bonus 1 Juta, Cek Lokasinya

“Ini berdasarkan pengakuan salah seorang warga dari Desa Tinauka, Pak Toni (46) terkait masalah petani ialah naik turunya harga sawit, pernah harga turun mencapai Rp 500/1Kg, dalam kondisi tersebut masyarakat cukup sulit menghadapi kondisi ekonomi apalagi hanya berharap sumber utama mata pencaharian dari hasil sawit saja, Melihat kondisi tersebut sehingga Walhi mendorong kemandirian pangan secara bertahap, sehingga kesadaran akan ancaman kerentanan terhadap pangan perlahan bisa mudah diatasi,” jelasnya.

Yusman mengungkapan telah terbentuk 5 Kelompok Wanita Tani di Desa Tinauka, di masing – masing dusun dan pemerintah desa berkomitmen akan mendukung melalui Dana Desa sebesar 20% dalam program ketahanan pangan.

Halaman:

Tags

Terkini