METROSULTENG — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Morowali kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, kritik diarahkan pada Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD Morowali setelah muncul keluhan dari anggota TNI terkait kegiatan donor darah yang batal terlaksana.
Isu tersebut mencuat di tengah polemik kasus Ramdana — ibu yang bayinya meninggal di PKM Bahomotefe — yang hingga kini belum mereda dan terus memicu pertanyaan publik mengenai kualitas pelayanan kesehatan di Morowali.
Keluhan disampaikan oleh Pasi Intel Yonif TP 825 GYS, Letda CZI Abu Bakar. Ia mengungkapkan bahwa rencana bakti sosial donor darah yang menargetkan 200 kantong darah terpaksa dibatalkan lantaran pihak UTD RSUD Morowali diduga meminta honor kepada satuan TNI sebagai syarat pelaksanaan kegiatan.
"Bakti sosial donor darah yang kami rencanakan dilaksanakan di satuan terpaksa batal karena kami tidak punya anggaran. Koordinasi yang kami lakukan dengan pihak UTD, kami dimintai honor," ujar Abu Bakar, Kamis (27/11/25).
Abu Bakar menilai permintaan honor tersebut ironis, terlebih Kabupaten Morowali memiliki APBD yang cukup besar, namun pelayanan publik masih diwarnai dugaan praktik tidak profesional. Ia berharap pemerintah daerah dapat memperhatikan kesejahteraan pegawai UTD sehingga tidak lagi ada oknum yang meminta honor kepada instansi lain, terutama untuk kegiatan kemanusiaan.
"Kami harap persoalan ini menjadi perhatian Bupati, agar teman-teman di UTD lebih diperhatikan lagi tingkat kesejahteraannya," tegasnya.
Isu ini memperpanjang daftar kritik terhadap layanan kesehatan di Morowali, setelah sebelumnya kasus Ramdana memunculkan tekanan publik terkait mutu pelayanan dan respons cepat fasilitas kesehatan.
Baca Juga: Kematian Bayi di Puskesmas Bahomotefe Morowali: Keluarga Mengadu ke Polisi, Soroti Dugaan Malpraktik
Hingga berita ini dipublikasikan, pihak RSUD Morowali maupun UTD belum memberikan klarifikasi resmi terkait dugaan tersebut. Redaksi masih berupaya melakukan konfirmasi lebih lanjut kepada pihak rumah sakit dan instansi terkait. (*)