Data Rumah Sakit Gaza Terbaru : Sebanyak 21 Anak Palestina Meninggal Karena Kelaparan dan Kekurangan Gizi Dalam 72 Jam Akibat Blokade Israel

photo author
- Rabu, 23 Juli 2025 | 07:53 WIB
Para pelayat berdiri di samping jenazah seorang anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit Shifa, Kota Gaza, pada 22 Juli 2025. (Foto: Arab News/Reuters)
Para pelayat berdiri di samping jenazah seorang anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit Shifa, Kota Gaza, pada 22 Juli 2025. (Foto: Arab News/Reuters)

METRO SULTENG-Dua puluh satu anak meninggal karena kelaparan di Jalur Gaza selama periode 72 jam, kata kepala Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, Selasa (22/7/2205).

"Kematian ini tercatat di rumah sakit-rumah sakit di Gaza, termasuk Al-Shifa di Kota Gaza, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah, dan Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis," ujar Dr. Mohammed Abu Salmiya kepada para wartawan seperti dikutip dari laman arab news.

Ia mengaitkan kematian tersebut dengan malnutrisi parah dan komplikasi akibat kelaparan di tengah kekurangan makanan dan pasokan medis yang berkelanjutan.

Angka-angka tersebut menambah kekhawatiran yang berkembang atas situasi kemanusiaan di Gaza, di mana akses bantuan masih sangat terbatas.

Baca Juga: Serangan Israel Terbaru Menewaskan Lebih Dari 80 Penduduk di Gaza dan Kelaparan Pengungsi yang Semakin Parah

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas ditembak pasukan Israel saat berupaya mendapatkan makanan sejak dimulainya operasi Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel.

Dari jumlah tersebut, 766 tewas di dekat lokasi distribusi GHF, dan 288 tewas di dekat konvoi bantuan PBB dan konvoi bantuan lainnya, ujar juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Thameen Al-Kheetan.

Ia menyatakan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh tembakan militer Israel.

Dalam pernyataan terpisah hari Selasa, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk memperingatkan bahwa perintah evakuasi Israel dan operasi militer berikutnya di Deir al-Balah dapat mengakibatkan kematian warga sipil lebih lanjut.

Baca Juga: Perkuat Narasi Positif BUMN: Kementerian BUMN Dorong Revolusi Komunikasi Digital Lewat AI dan Peran Karyawan sebagai Duta Perusahaan

"Rasanya mimpi buruk itu tak mungkin bertambah buruk. Namun, kenyataannya memang demikian... Mengingat konsentrasi warga sipil di wilayah tersebut, serta cara dan metode peperangan yang digunakan Israel hingga saat ini, risiko pembunuhan di luar hukum dan pelanggaran serius lainnya terhadap hukum humaniter internasional sangat tinggi," ujarnya.

Pada hari Selasa kemarin, setidaknya 20 orang tewas akibat serangan udara Israel, menurut pejabat kesehatan Palestina. Serangan tersebut terjadi di wilayah-wilayah yang sebelumnya relatif jarang mengalami pertempuran langsung selama konflik 21 bulan tersebut.

Diplomat tertinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, mengeluarkan pernyataan di media sosial yang mengecam pembunuhan warga sipil di titik-titik distribusi bantuan. "Pembunuhan warga sipil yang mencari bantuan di Gaza tidak dapat dibenarkan," ujarnya.

Kallas menambahkan bahwa ia telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar untuk memperkuat ekspektasi terkait akses kemanusiaan dan memperingatkan bahwa "semua opsi tersedia" jika janji-janji yang ada saat ini tidak dipenuhi.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X