Leonardo S.p.A dan FANUC
Sebenarnya, ada 1.600 perusahaan di delapan negara yang juga terlibat di sektor militer dengan operasi Israel, di antaranya juga masuk
Leonardo S.p.A, perusahaan Italia, dan FANUC, perusahaan asal Jepang. Khusus FANUC disebut, bagaimana entitas itu menyediakan mesin robotik untuk lini produksi senjata.
Perusahaan Pelayaran A.P Moller
Perusahaan Denmark ini mengangkut komponen, suku cadang, senjata, dan bahan mentah ke Israel. Dalam laporan dikatakan aliran peralatan militer terus dipasok AS pasca-Oktober 2023 melalui perusahaan itu.
2.Teknologi
Laporan menyebut bagaimana penindasan terhadap warga Palestina telah menjadi semakin otomatis, dengan perusahaan-perusahaan teknologi menyediakan infrastrukturnya. Mereka mengintegrasikan pengumpulan data massal dan pengawasan, sambil mengambil keuntungan dari tempat pengujian unik untuk teknologi militer yang ditawarkan oleh wilayah Palestina yang diduduki.
Ini didorong oleh raksasa-raksasa teknologi AS yang mendirikan anak perusahaan dan pusat-pusat penelitian dan pengembangan di Israel. Klaim Israel tentang kebutuhan keamanan telah memacu perkembangan yang tak tertandingi dalam layanan penjara dan pengawasan, dari jaringan CCTV, pengawasan biometrik, jaringan pos pemeriksaan berteknologi tinggi, "tembok pintar" dan pengawasan, komputasi drone, kecerdasan buatan komputasi awan dan analisis data yang mendukung personel militer di lapangan.
Baca Juga: Ini Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi Pemerintah dan Muhammadiyah, Beda Sehari
NSO Group
Perusahaan-perusahaan teknologi Israel sering kali tumbuh dari infrastruktur dan strategi militer seperti halnya NSO Group. Spyware Pegasus-nya dilaporkan dirancang untuk pengawasan telepon pintar rahasia, telah digunakan terhadap aktivis Palestina dan dilisensikan secara global untuk menargetkan para pemimpin, jurnalis, dan pembela hak asasi manusia.
IBM
IBM telah beroperasi di Israel sejak 1972. Dilaporkan bagaimana perusahaan melatih personel militer atau intelijen Israel.
Sejak 2019, IBM Israel telah mengoperasikan dan memutakhirkan basis data pusat Otoritas Kependudukan, Imigrasi, dan Perbatasan (PIBA). Hal itu memungkinkan pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data biometrik oleh pemerintah tentang warga Palestina, dan mendukung rezim perizinan diskriminatif Israel.
"Sebelum IBM, Hewlett Packard Enterprises (HPE) mengelola basis data ini dan anak perusahaannya di Israel masih menyediakan server selama masa transisi," tambah laporannya.