Mereka yang menolak melakukan pekerjaan itu akan ditahan di kantor kader setempat selama 7-10 hari atau dibawa “ke kamp” jika penolakan mereka kuat, kata staf tersebut, mengacu pada kamp pendidikan ulang yang dibangun Beijing di Xinjiang.
Warga Uighur yang tinggal di lingkungan Gulbagh di daerah Shayar, Aksu, membersihkan dan menata kebun serta halaman mereka, kata petugas polisi tersebut.
Pihak berwenang Cina di prefektur Aksu memaksa warga Uighur untuk bekerja selama bulan Ramadhan agar mereka tidak dapat berpuasa, kata seseorang yang mengetahui situasi tersebut yang meminta identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.
Pihak berwenang juga telah mewajibkan penduduk desa Uighur di prefektur tersebut untuk menghadiri sesi studi politik tentang kebijakan pemerintah pusat Cina di Xinjiang tanpa henti sejak awal Ramadhan, kata orang tersebut.
Kader desa sengaja mengadakan sesi tersebut selama sahur, makan sebelum fajar, atau berbuka puasa, makan setelah matahari terbenam selama bulan suci, seperti mempelajari kebijakan pemerintah pusat di Xinjiang, kata sumber tersebut.
Seorang polisi dari daerah Uchturpan di prefektur Aksu mengatakan tujuan kerja paksa selama Ramadhan adalah untuk mengamati warga Uighur.
“Tujuan kami melakukan ini adalah untuk menjelaskan kepada mereka kebijakan Partai Komunis [cina] kami, mendidik mereka, dan mengamati pikiran dan perasaan mereka,” katanya.
“Jika seorang Uighur mudah lelah, merasa lemah atau tidak makan atau minum saat bekerja, itu membuktikan bahwa mereka telah berpuasa dan memiliki masalah ideologis,” katanya.
“Sekitar 10 orang enggan mematuhi aturan ini, jadi kami mengintensifkan pekerjaan ideologis kami pada mereka,” katanya.***