Kerusuhan di Inggris, Penyebab dan Kenapa Umat Islam Jadi Sasarannya, Keterlibatan Pemerintah Sebelumnya dan Kelompok Rasis

photo author
- Jumat, 9 Agustus 2024 | 06:51 WIB
Rusuh di Inggris, Imigran Asia, Afrika dan minoritas muslim.jadi sasaran (Foto: X/ Lea)
Rusuh di Inggris, Imigran Asia, Afrika dan minoritas muslim.jadi sasaran (Foto: X/ Lea)

METRO SULTENG-Inggris sebagai negara maju yang dikenal moderen dan warganya selama ini sangat menjunjung Hak Asasi Manusia ternyata rapuh setelah pecah kerusuhan besar ditengah ibu kota. Kerusuhan pecah di Inggris justru dipicu masalah sepeleh dan merembet pada kebencian danpenyerangan terjadap minoritas penduduk imigran dan muslim.

Dikanarkan setelah pecah rusuh, ancaman terhadap Muslim di Inggris meningkat, di mana hotel-hotel yang menampung pencari suaka dibakar oleh para kelompok sayap kanan.

Hotel Holiday Inn Express di Tamworth, Inggris utara, dibakar.

Para perusuh juga berkumpul di dekat hotel Holiday Inn Express yang dulu menampung pencari suaka di Rotherham. Kedua insiden itu terjadi pada Minggu, 4 Agustus 2024.

Protes yang dipimpin oleh kelompok sayap kanan telah meningkat menjadi bentrokan dengan polisi di beberapa kota. Gelombang kerusuhan terjadi akibat dipicu oleh xenofobia dan misinformasi seputar pembunuhan tragis tiga gadis muda dalam insiden penusukan, melanda seluruh negeri. Sekitar 400 orang telah ditangkap.

"Saya jamin Anda akan menyesal telah ikut serta dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang mengobarkan kekacauan ini secara daring," kata Perdana Menteri Keir Starmer dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu seperti dikutip CNBC. Dia menggambarkan kerusuhan itu sebagai "kekerasan ilegal yang terorganisasi" oleh sebagian kecil warga Inggris.

Dalam cengkeraman kekerasan hari keenam, Downing Street mengadakan rapat darurat di ruang pengarahan Kantor Kabinet (Cobra).

Berikut fakta-fakta terkait kerusuhan di Inggris, seperti dikutip Al Jazeera.

1. Penyebab Kerusuhan

Minggu lalu, sebanyak tiga gadis muda ditikam hingga tewas oleh tersangka berusia 17 tahun, Axel Rudakubana. Ini terjadi selama lokakarya tari dan yoga bertema Taylor Swift di sebuah pusat komunitas di Southport, Inggris.

Tersangka Rudakubana lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dan kabarnya dari orang tua Kristen Rwanda. Namun muncul informasi palsu di media sosial mengklaim tersangka adalah seorang imigran Muslim.

Menurut para analis, mereka yang melakukan kerusuhan itu vokal tentang kebencian mereka terhadap imigran. Namun, ada juga rasa xenofobia yang mendasari terhadap komunitas minoritas di Inggris, khususnya Muslim.

Rosa Freedman, seorang profesor di Universitas Reading, mengatakan kerusuhan tersebut merupakan hasil dari keterlibatan pemerintah Konservatif sebelumnya dengan kelompok-kelompok sayap kanan yang "rasis" tersebut.

"Alih-alih menyembunyikan wajah mereka, mereka kini mulai tampil, kita tidak dapat menyalahkan Partai Buruh yang baru berkuasa selama empat minggu terakhir," katanya.

Sementara itu, para agitator atau biang kerok seperti Tommy Robinson telah memicu ketegangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X