METRO SULTENG - Pengacara sekaligus mantan aktivis Sulawesi Tengah, Fahri Timur, tidak menerima dituduh menjadi dalang di balik sorotan pemberitaan media terhadap aliran dana Rp1,7 miliar.
Pemberitaan yang ikut menyeret-nyeret nama Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, menurut Fahri sangat tidak mendasar jika tuduhan itu diarahkan kepada dirinya.
"Waduh, Mansur Latakka (Dirut PT Tambang Batu Sulteng) ini bikin heboh lagi ini. Setelah menuduh Ahmad Ali, saya lagi yang dia tuduh jadi dalang. Dia mau adu domba semua orang di Sulawesi Tengah ini," kesal Fahri saat dikonfirmasi via ponsel di Jakarta Jumat (24/11/2023) malam menyoal tuduhan Mansur Latakka.
Baca Juga: Setelah Menuduh Ahmad Ali, Kini Dirut PT Tambang Batu Sulteng Tuduh Fahri Timur
Secara tegas, Fahri meminta Dirut PT Tambang Batu Sulteng tersebut, segera membuktikan tuduhannya. Jika tidak, hal ini pasti akan berdampak hukum.
"Orang kalau sudah seperti ini, nabrak sana nabrak sini, tandanya panik. Kenapa gak fokus saja selesaikan perkaranya, selesaikan saja masalah yang dia hadapi sekarang. Tidak perlu orang lain yang dia hubung-hubungkan begini," sesal Fahri.
Tuduhan kepada dirinya sebagai dalang di balik pemberitaan media saat Mansur Latakka menggelar konferensi pers pada Kamis (23/11/2023) malam di Palu, menurut Fahri sangat menyakitkan dirinya dan keluarga. Dan ia akan mempertimbangkan untuk memperkarakan Mansur.
"Saya rencana mau melapor ke Polda Sulteng. Jangan main-main. Karena itu (tuduhan) dapat merusak hubungan saya dengan pak Gubernur Rusdy Mastura. Semua orang tahu bagaimana loyalitas saya, dedikasi saya sama Pak Gubernur. Dan saya tidak pernah tahu dia (Mansur) ada urusan-urusan dengan Pak Gubernur. Mungkin baru sekarang ini baru saya tahu," ungkap Fahri lantang.
Baca Juga: Ramai Jadi Sorotan, Dirut PT Tambang Batu Sulteng Tuduh Ahmad Ali Musuhnya Gubernur Rusdy Mastura
Mansur Lattaka, lanjut Fahri, kalau begini caranya dalam keseharian dan pergaulan, tidak layak menjadi Direktur Utama PT Tambang Batu dan Mineral Sulteng.
Yang bersangkutan tidak layak menjabat seorang Direktur BUMD. Ini orang harusnya disuruh pimpin BUMDes saja.
"Supaya dia belajar dari BUMDes dulu," saran Fahri.
Untuk menjadi seorang Direktur BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), tidak hanya layak secara teknis atau manajerial saja. Tapi juga harus layak secara moral.
"Bagaimana mungkin mau membesarkan satu perusahaan sekelas BUMD yang begitu besar, sementara masalah-masalah pribadinya saja tidak bisa dia selesaikan," sodok Fahri yang telah menetap di Jakarta ini.