Jika Tak di Tambang, Ke Mana Warga Lingkar PT Vale Mencari Nafkah?

photo author
- Rabu, 23 Juli 2025 | 22:00 WIB
Rudi dan Faisal petani organik warga Desa Ululere binaan PT Vale Indonesia Tbk (Ist/metrosulteng)
Rudi dan Faisal petani organik warga Desa Ululere binaan PT Vale Indonesia Tbk (Ist/metrosulteng)
 
METROSULTENG- “Kalau tidak kerja tambang, apa yang kami bisa kerjakan?”. Pertanyaan itu keluar dari mulut Faisal, warga Desa Uluere, Kecamatan Bungku Timur, Morowali. Kalimat sederhana, tapi terasa seperti petir di siang bolong.

Faisal tidak sedang bercanda. Ia menggambarkan kegelisahannya sebagai kepala keluarga yang tak lagi punya pilihan. Di sekelilingnya, hampir seluruh denyut kehidupan bergantung pada aktivitas pertambangan. Ketika tambang menjadi pusat segalanya, kehilangan akses ke dalamnya berarti kehilangan arah hidup.

Pria berkulit legam dan mulai keriput itu sudah tak sanggup lagi bekerja di sektor tambang. Usia dan keterbatasan pendidikan membuatnya kembali ke tanah—menjadi petani, seperti masa mudanya.

Baca Juga: Donggala Resmi Masuk Jajaran Tim Siber Nasional, Dikukuhkan Langsung Kepala BSSN

Namun, menggantungkan hidup dari pertanian bukan perkara mudah. Harga pupuk yang terus melambung, kelangkaan pestisida, serta risiko gagal panen karena hama menjadi tantangan harian. Dengan sorot mata kosong, Faisal bercerita tentang sawahnya yang makin susah digarap, sementara biaya bertani terus membengkak.

Hal serupa dirasakan Rudi, rekan Faisal sesama petani. “Kami harus beli pupuk dan pestisida. Tapi kadang hasil panen tidak sebanding dengan biaya yang kami keluarkan,” ungkap Rudi, mengingat masa lalu sebelum mengenal metode pertanian organik yang diperkenalkan PT Vale.

Kondisi itu membuat mereka bertanya-tanya: adakah cara bertani yang lebih hemat namun tetap menghasilkan? Di tengah kegelisahan itulah, secercah harapan datang melalui inisiatif PT Vale Indonesia Tbk.

Baca Juga: Terungkap Kesepakatan Dagang AS-Indonesia, Salah Satu Poin Bisa Transfer Data Pribadi Warga Indonesia ke AS

Perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar desa mereka memperkenalkan metode pertanian organik SRI (System of Rice Intensification) sebagai bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Program ini bukan sekadar pelatihan, tapi juga upaya mengembalikan kemandirian petani melalui teknik bertani yang lebih hemat, bebas pupuk kimia, dan ramah lingkungan.

Melalui metode SRI, petani diajak memanfaatkan sumber daya lokal seperti pupuk kompos dan Mikroorganisme Lokal (MOL) untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Tak hanya menekan biaya produksi, hasil panen pun terbukti lebih baik dan sehat.

Awalnya, Rudi dan Faisal ragu terhadap metode pertanian organik yang diperkenalkan oleh PT Vale. Salah satunya adalah teknik menanam satu benih padi per lubang tanam—sesuatu yang terdengar aneh bagi mereka yang terbiasa menanam lima hingga sepuluh benih sekaligus.

Baca Juga: Kasus di Kemnaker, KPK Sudah Sita Aset Bupati Buol

"Metode yang diperkenalkan PT Vale, mula-mula kami tidak percaya. Masak tanam satu benih bisa mengalahkan yang tanam lima sampai sepuluh," kata Rudi.

Namun keraguan itu sirna setelah musim panen pertama tiba. Hasilnya mengejutkan—biaya produksi jauh lebih hemat, sementara hasil panen justru meningkat. Bersama padinya yang tumbuh subur, keyakinan pun ikut tumbuh dalam diri Rudi dan Faisal. Dari yang semula ragu, kini ia mantap melanjutkan pertanian organik yang telah memberinya harapan baru.

Program pertanian organik PT Vale tak sekadar soal panen, tapi juga soal harapan. Melalui pelatihan yang menjadi bagian dari komitmen Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM), para petani dibina untuk membuat pupuk dan pestisida sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar—seperti kotoran hewan dan MOL. Biaya produksi yang semula membengkak, kini bisa ditekan secara signifikan.

Dengan lahan seluas 50 are, Rudi bahkan mampu meraup keuntungan dengan estimasi 8 juta perbulan. Sementara Faisal, dari hasil padi organik bisa menyelesaikan biaya semester 2 orang anaknya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iwan MS

Tags

Rekomendasi

Terkini

X