Selain itu dalam seminar sehari tersebut dikemukakan bahwa pembudidaya udang Ekuador periode tahun1990 - 2000 juga pernah babak belur oleh karena sejumlah kasus penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Mereka akhirnya mampu keluar dari tekanan itu setelah sukses dalam breeding (memproduksi induk unggul) kemudian diikuti dengan perbaikan teknologi hatchery (pabrik benur) agar bisa memproduksi benur sehat.
Selanjutnya, mengembangkan teknologi nursery atau kolam inkubator yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas benur (immun maupun kelangsungan hidup) saat dibudidayakan di kolam pembesaran.
Pemeriksaan kesehatan udang di hatchery dan nursery terus dilakukan agar bisa dipastikan benur yang ditabur pada kolam pembesaran dipastikan sehat. Beda halnya dengan di Indonesia, masih jarang yang melakukan hal itu.
Dalam pergembangan inovasi dan teknologi selanjutnya para pembudidaya udang di Ekuador memberi makan udangnya untuk waktu tertentu dengan pakan fungsional sebagai upaya meningkatkan imun dan bermuara pada keberhasilan.
Guna menekan harga pokok produksi (HPP) dalam rangka membangun daya saing, telah diterapkan pemberian pakan automatis mapun kincir air untuk menjamin ketersediaan oksigen telah berbasis sensor.
Karenanya HPP pembudidaya udang Ekuador lebih murah 0.75 - 1,00 dollar US/kg dari pembudidaya udang Indonesia.
Demikian pula halnya dengan monitoring kualitas air tambak dan air sumber telah berbasis IoT (Internet of Things), yang menyebabkan proses mitigasi mampu lebih terkendali. Dan ini belum dilakukan di Indonesia.
Berkaitan dengan keberhasilan inovasi dan teknologi Ekuador, pada tahun 2019 ekspor udang mereka sebesar 633.890 ton dengan nilai sekitar 4,4 miliar dollar US.
Ekspor negara dengan garis pantai kurang dari 3.000 km negeri ini terus meningkat. Pada tahun 2024 mencapai angka yang fantastis sebesar 1.211.644 ton dengan nilai sekitar 6,1 miliar dollar US.
Berdasarkan realitas kondisi industri udang nasional serta informasi kemajuan inovasi dan teknologi Ekuador, sudah tentu Indonesia diharapkan mampu meningkatkan produksi dan ekspor udang.
Diperlukan upaya kolaborasi untuk menyusun strategi agar udang Indonesia bisa menjadi salah satu pemasok utama PDB Nasional, sebagaimana Ekuador yang saat ini menjadi pemasok yang kedua, setelah minyak. (*)