Integrasi DTSEN, Data IDM dan Struktur PDRB, Dinilai Lebih Operasional & Terukur Dalam Entaskan Kemiskinan

photo author
- Rabu, 29 Oktober 2025 | 08:04 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo.
Dr. Hasanuddin Atjo.

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

KEMISKINAN masih menjadi salah satu persoalan besar bagi Pemerintah Pusat dan Daerah. Secara nasional angka kemiskinan sepuluh tahun lalu (September 2014) sebesar 10,96 % (27,73 juta Jiwa), dan garis kemiskinan saat itu sebesar Rp312.386 (pengeluaran untuk belanja makanan dan non makanan).

Selanjutnya September tahun 2024 angka kemiskinan turun menjadi 8,57 % (24,06 Juta Jiwa), tapi garis kemiskinan naik hampir 100 % menjadi Rp595.242. Ini antara lain disebabkan pengaruh faktor inflasi yang kurang terjaga.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang terbilang tinggi di Indonesia. Mencapai 15,56% (2015). Dan tahun 2024 ekonomi daerah ini tumbuh tetap tinggi yaitu 9,89%, diatas Nasional 5,03%.

Baca Juga: Tidak Terjebak Akuntabilitas dan WTP, Daerah Mesti Fokus pada Perbaikan Fiskal

Meski pertumbuhan ekonomi tinggi, namun kemiskinannya tetap tinggi diatas nasional. September 2014 kemiskinan daerah ini mencapai 13,61 % setara 307.060 Jiwa dengan garis kemiskinan Rp 328.063 per kapita.

Selanjutnya September 2024 angka kemiskinan menjadi 11,04 % setara 358.330 Jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp 608.687. Menjadi pertanyaan bahwa dari sisi persentase angka kemiskinan tersebut turun tetapi dari sisi jumlah jiwa justru meningkat.

Situasi itu memberi makna pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta akan berkorelasi positif terhadap turunnya angka kemiskinan. Tergantung kepada struktur sektor usaha pembentuk PDRB yang mendominasi.

Pertumbuhan ekonomi dari daerah ini dominan ditopang 5 sektor usaha yaitu Industri pengolahan (41,18%), sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (15,80%), serta Pertambangan - Penggalian (14,64%).

Baca Juga: Fiskal Daerah Terbelenggu Karena Program Asal Jadi, Alarm Keras Perlu Disikapi

Sektor konstruksi berperan (8,32%), perdagangan besar- eceran (5,77 %). Dan kelima sektor ini telah berkontribusi sebesar 85,72%  terhadap PDRB Sulawesi Tengah. Dan sisanya dibagi oleh 12 sektor usaha lainnya.

Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan sektor bisa mempekerjakan hampir 65% warga Sulteng, namun kontribusinya terus menurun dari tahun ke tahun belasan tahun sebelumnya kontribusi sektor ini tembus hingga 40 %, namun pada saat ini kurang separuhnya, tinggal 15,80% dengan laju pertumbuhan pada tahun 2024 hanya sebesar (1,93 %).

Maghnit bekerja pada sektor ini terutama generasi muda semakin menurun dari tahun ke tahun. Generasi muda ketika selesai studi ( SLTA, diploma dan Strata satu), tidak tertarik kembali lagi ke Desa. Mereka lebih suka dan enjoy bekerja di Kota tanpa melihat apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan skill maupun pengetahuan yang dimiliki. Ini tentunya menjadi bahan pertimbangan ketika program pengentasan itu disusun.

Berdasarkan data kemiskinan tersebut memberi informasi bahwa laju penurunan angka kemiskinan Nasional kurun waktu 10 tahun (2014 - 2024) rata rata 0,239% per tahun. Dan Sulawesi Tengah sebesar 0 257%.

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh Tinggi Tak Menjamin Daya Beli, Realita Makanan dan Produk Murah Diserbu Warga

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X