METRO SULTENG - Banjir yang melanda Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, membuat Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Morowali Utara, Warda Dg Mamala, angkat bicara. Warda mengatakan banjir kali ini cukup memprihatinkan sejak kabupaten itu dimekarkan tahun 2013 silam.
"Kalau tujuh tahun lalu, paginya banjir tapi sore hari air sudah surut. Sekarang ini, air belum juga surut padahal sudah dua minggu," prihatin Warda ditemui usai menyerahkan bantuan sembako di kantor Desa Tompira, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara, Selasa (11/4/2023).
Baca Juga: Dua Trailer PT GNI Beraksi di Lokasi Banjir Morowali Utara
Kondisi banjir di Morowali Utara saat ini, lanjut Warda, selain memprihatinkan juga suatu hal yang urgen. Urgensinya, harus segera dilakukan penanganan.
"Bukan semata-mata bantuan sembako. Tapi yang lebih masyarakat butuhkan adalah solusi. Bagaimana solusi banjir kita pikirkan bersama, supaya tidak lagi terjadi setiap tahun begini, " ujar Warda kepada wartawan.
Kepada masyarakat dan pemdes setempat, Warda memohon maaf karena baru sempat datang hari itu. Bantuan sembako yang disalurkan Partai Golkar atas informasi yang disampaikan kades.
Baca Juga: Bupati Morowali Utara Tinjau Korban Banjir di Lokasi Pengungsian Petasia Barat
"Bantuan yang kami bawa hari ini, berdasarkan info dari pak kades. Sebelum ke sini, kami hubungi dulu pak kades: berapa kebutuhan, apa yang mendesak dibutuhkan?," kata anggota DPRD Morowali Utara yang tinggal menunggu pelantikan sebagai PAW Ketua DPRD ini.
Pendangkalan dan penyempitan sempadan Sungai Laa, karena kehadiran dan aktivitas PT GNI. Perusahaan smelter nikel ini bersama koorporasinya membangun jembatan khusus di atas Sungai Laa. Jembatan khusus ini menghubungkan dua desa, Tompira dan Bungintimbe.
Baca Juga: PT GNI Salurkan Bantuan Untuk Warga Terdampak Banjir Didua Kecamatan di Morowali Utara
Bentangan atau panjang jembatan kurang lebih 50 meter. Jembatan khusus PT GNI diperuntukkan mendukung aktivitas pemuatan ore nikel. Letaknya berada di area hauling road (jalan angkut).
"Ada bangunan mereka (GNI) kan disitu. Makanya, muara sungai jadi dangkal dan sempit. Fakta riilnya sekarang di lapangan begitu," terang politisi perempuan ini.
Ditambah lagi kurangnya perhatian Pemda Morowali Utara terhadap Sungai Laa. Di era Bupati Aptripel sebelumnya, kata Warda, sungai terbesar di Morowali Utara ini dianggarkan biaya pemeliharaannya.
Baca Juga: Jalan Trans Sulawesi Poros Tompira-Bunta Banjir, Pedagang: Tolong Kami Pak!