METRO SULTENG - Desa Tompira yang terletak di bibir Sungai Laa Kabupaten Morowali Utara, Sulteng, genap berusia ke-115 tahun bulan Februari 2023.
Berikut asal usul Desa Tompira. Desa ini telah dikenal sejak tahun 1907. Pada waktu itu terdapat sebuah tempat yang disebut dengan nama Uwoi Koloe yang didatangi oleh satu keluarga kecil yang terdiri dari bapak dan ibu, serta seorang anak angkat mereka.
Nama sang bapak Tawulasi dan ibunya bernama Lumbane. Sedangkan anak angkatnya bernama Nggopi.
Baca Juga: Ultah ke-115, Desa Segi Tiga Emas di Morowali Utara Ini Sudah Banyak Kemajuan
Keluarga ini datang dari sebuah tempat yang namanya Pa'antobu. Keluarga ini meninggalkan daerah asalnya karena mendapat tekanan dari penjajah Belanda.
Tawulasi merupakan suku Molongkuni dan Lumbane berasal dari suku Towulanderi. Setelah keluarga ini tinggal lama di Uwae Koloe. Karena merasa membutuhkan tenaga lebih banyak dalam rangka mengembangkan daerah tersebut, lalu Tawulasi berinisiatif untuk memanggil dan mendatangkan keluarga yang lainnya untuk menemani dan bersama-sama di tempat tersebut.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah beberapa orang juga termasuk keluarganya, antara lain yang bernama: Uentania, Bore, Mandale, Bore Kodei, dan Udau (semuanya dari pihak keluarga Tawulasi).
Baca Juga: LSM NCW Pertanyakan Retribusi Galian C Morut Rp17 M yang Belum Dibayarkan
Seiring waktu berjalan, kehidupan mereka semakin membaik. Maka pihak keluarga Lumbane pun, tidak mau ketinggalan. Si ibu juga memanggil dan mendatangkan keluarganya ke daerah tersebut, sehingga semakin ramai.
Keluarga Lumbene datang dari Laroda, Utulawanu, Patoko, Ubaena dan Bunga Rapi. Mereka semua tinggal bersama di Uwoe Koloe.
Perkembangan selanjutnya, daerah tersebut semakin dikenal orang luar. Sehingga lama-kelamaan bukan hanya kedua keluarga tadi menempati daerah itu, tetapi semakin banyak suku dan etnis lain datang ke tempat itu dengan berbagai tujuan.
Antara lain suku Ngusumbatu, Tololaki, Tomaiki, Bugis dan Matandau. Sehingga terbentuklah sebuah komunitas masyarakat di bawah pimpinan seorang yang bernama Uwe Tere yang berasal dari Suku Tololaki.
Baca Juga: RDP dengan PT GNI, DPRD Morut Ingatkan Bupati Lebih Jernih Melihat Situasi Lapangan
Kemudian menikah dengan seorang bernama Weuria (Suku Mori).Pekerjaan utama mereka pada waktu itu bertani. Dan ternyata usaha pertanian mereka semakin hari semakin membaik, lalu mereka membangun sebuah pasar, tidak jauh dari pemukiman yang diberi nama Mata Olu.
Disanalah mereka melakukan transaksi jual beli hasil-hasil pertanian di sekitar jalan menuju pasar, yang banyak terlihat yang ditumbuhi pepohonan, khususnya pohon kayu Tompira.