Mencermati Pikiran Nilam Sari & Ahlis Djirimu Tentang "Pembangunan Berbasis COVID" di Sulteng

photo author
- Selasa, 12 Maret 2024 | 17:07 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo saat memberikan testimoni di acara launching buku yang ditulis Nilam Sari dan Ahlis Djirimu, Sabtu 9 Maret 2024. (Foto: Ist).
Dr. Hasanuddin Atjo saat memberikan testimoni di acara launching buku yang ditulis Nilam Sari dan Ahlis Djirimu, Sabtu 9 Maret 2024. (Foto: Ist).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

SABTU malam, 9 Maret tahun 2024, bertempat di Aston hotel Kota Palu, dihelat bedah buku "Pembangunan Berbasis COVID di Provinsi Sulawesi Tengah", karya Nilam Sari - Ahlis Djirimu. Saat itu saya didaulat menjadi salah satu pembahas, pemberi testimoni. 

Dr. Hj. Nilam Sari Lawira SP, MP, merupakan politikus, sekaligus ilmuan berlatar ilmu pertanian, saat ini menjabat ketua DPRD Sulawesi Tengah. Sementara itu, Prof. Dr. Ahlis Djirimu DEA merupakan akademisi UNTAD dan malang melintang sebagai tenaga ahli ekonomi-keuangan pada beberapa lembaga.

Hampir semua pembahas dan peserta beranggapan bahwa kata COVID yang tertera di atas cover buku itu berkaitan dengan virus Covid-19 yang menghebohkan, menakutkan, dikarenakan daya bunuhnya yang tinggi terhadap warga dunia.

Baca Juga: Budidaya Ikan Nila Strategis dalam Penyediaan Protein dan Membuka Lapangan Kerja

Setelah dicermati, COVID yang dimaksud oleh kedua penulis ini, merupakan akronim dari Colaboration, Oppenies, Value Based Education, Inclusivennes dan Diversity in the same goal. Maknanya: Pembangunan pada semua sektor harus dilakukan dengan lima pendekatan atau cara yaitu:

Kaloborasi; terbuka terhadap sejumlah masukan; didukung sumberdaya manusia bernilai ; beragam budaya dan bermuara kepada tujuan yang sama yaiti kesejahteraan- berkeadilan.

Kedua penulis melihat, bahwa implementasi pembangunan di sejumlah tempat ala otonomi daerah semakin keluar dari rel. Integrasi program provinsi dan kabupaten/kota kurang sejalan dan semakin bias dari visi misi, sehingga sejumlah target yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Boleh jadi rekruitmen kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat sudah melenceng jauh dari ketentuan. Antara lain sarat money politik disinyalir menjadi sebab utama sehingga visi misi tidak lagi maksimal dijalankan pada saat terpilih dan memerintah.

Karena itu pembangunan yang berbasis COVID dinilai mampu memberi semangat menekan bias bias penyelenggaraan pembangunan. Dan diharapkan menjadi salah satu referensi pimpinan daerah manfaatkan sumberdayanya agar sejahtera berkeadilan sesuai harapan SDGs 2015 - 2030.

Filosofi pembangunan berbasis COVID ada korelasi dengan filosofi pembangunan Jepang yaitu pembangunan berbasis "KERETA KUDA". Maknanya, provinsi ditarik oleh sejumlah kota (Jepang tidak mengenal kabupaten).

Buku yang secara resmi dilaunching pada Sabtu malam (9/3/2024) di Aston Hotel Palu.
Buku yang secara resmi dilaunching pada Sabtu malam (9/3/2024) di Aston Hotel Palu.
Dengan filosofi yang seperti ini, maka provinsi memberi dukungan ke kota yang belum mampu dan kemudian ditarik oleh kota-kota yang mampu.

Dengan cara seperti ini, arah kebijakan dan implememtasi pembangunan bisa terarah dan konsisten serta berkelanjutan. 

Baca Juga: Teknologi Budidaya Udang ala Ekuador, Telah Diujicobakan di Kabupaten Parigi Moutong Sulteng

Kalau filosofi pembangunan di Jepang diterapkan di Sulawesi Tengah, maka provinsi ditarik oleh oleh kabupaten/kota yang maju. Dan selanjutnya provinsi menarik kabupaten/kota yang belum maju, sehingga berada dalam satu rangkaian kereta kuda yang harmoni.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X