Mencermati Pikiran Nilam Sari & Ahlis Djirimu Tentang "Pembangunan Berbasis COVID" di Sulteng

photo author
- Selasa, 12 Maret 2024 | 17:07 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo saat memberikan testimoni di acara launching buku yang ditulis Nilam Sari dan Ahlis Djirimu, Sabtu 9 Maret 2024. (Foto: Ist).
Dr. Hasanuddin Atjo saat memberikan testimoni di acara launching buku yang ditulis Nilam Sari dan Ahlis Djirimu, Sabtu 9 Maret 2024. (Foto: Ist).

Lebih hebat lagi kalau filosofi COVID diintegrasikan dengan KERETA KUDA akan menjadi sebuah prinsip tatakelola yang memiliki kekuatan besar dalam mewujudkan tujuan sejahtera berkeadilan. Integrasi tersebut mungkin bisa menjadi topik untuk didiskusikan menuju cita-cita Indonesia emas 2045.

Ada empat poin yang menjadi rekomendasi saya pada saat memberi testimoni. Pertama mendorong budaya literasi, minat menulis dan membaca bagi semua komponen bangsa.
Pasalnya Indonesia lagi krisis literasi.

Data yang dirislis dari UNESCO PBB (2022), bahwa minat baca bangsa Indonesia hanya 0,1%. Artinya setiap 1.000 penduduk hanya ada 1 orang yang punya minat baca sesuai kriteria.

Dan selanjutnya dari 62 negera yang disurvei terkait indeks literasi, posisi Indonesia berada di peringkat ke 60. Kondisi Ini memprihatinkan bagi negara bergelar maritim yang jumlah penduduknya sekitar 278 juta jiwa.

Lebih miris lagi kebiasaan menbaca buku juga rendah. Padahal sangat penting bagi kemajuan negeri ini yang kini sedang bersiap untuk menjadi salah satu negara maju pada tahun 2045 dengan PDB sekitar $US 7 triliun

Negara maju, warganya gemar membaca buku. Warga Jepang setiap tahun membaca buku antara 10 - 15 buah, Amerilka serikat antara 15 - 20 buah. Selanjutnya Indonesia antara 0 - 1 buah buku saja.

Baca Juga: Pilihan Doa Buka Puasa Ramadhan Arab Latin serta Artinya

Melahirkan sejumlah penulis baru, dinilai sangat strategis guna meningkatkan budaya literasi. Seorang berprofesi sebagai penulis bisa dipastikan gemar membaca. Namun yang gemar membaca belum pasti seorang penulis.

Mata ajaran mengarang pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang tidak lagi menjadi keharusan seyogianya dimunculkan kembali. Tujuanya agar kebiasaan, bakat menulis telah dimulai sejak dini agar nantinya memiliki daya analisis dan khayal saat berperan di masyarakat.

Kedua, mengembalikan peran sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang terlihat mulai ditinggal, dan kini digeser oleh sektor industri pengolahan logam dan sektor galian.

Pasa saat ini kontribusi sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap PDRB di Sulteng menurun dratis hingga kisaran 20% dari sebelumnya pernah mencapai kisaran 45%. Padahal sekitar 65% warga Sulteng bekerja pada sektor itu. 

Sektor industri pengolahan logam dan galian tambang menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah ini tenbus dua digit sejak tiga tahun terakhir. Tahun 2023 mencapai 11,91%, diatas rata rata nasional 5,03%.

Ironisnya pertumbuhan ekonmi yang tinggi diikuti tingginya angka kemiskinan, dan angka stunting serta rendahnya NTP nilai tukar petani. Karena itu pertumbuhan ekonomi daerah ini disebut tidak inklusive atau tidak merata dan biasa juga disebut pertumbuhan anomali.

Baca Juga: Nilam Sari Lawira - Ahlis Djirimu Launching Buku, Bahas Covid tapi Bukan Covid 19

Kemiskinan pada tahun 2023 mencapai 12,46%, diatas rata rata nasional satu digit 9,36%. Sementara itu angka stunting daerah ini mencapai 27 80% juga diatas nasional 21,60%. Selanjutnya NTP pada bulan Desember tahun 2023 sebesar 114,63% dibawah nasional 117,76%, bahkan ada tiga subsektor kurang dari 100%.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X