METRO SULTENG- Viralnya isu dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan dan pengolahan batu gamping PT Mineral Bumi Nusantara (PT MBN) yang dirasakan oleh masyarakat lingkar perusahaan menjadi perhatian Koordinator Inspektur Tambang Sulawesi Tengah.
Keberadaan perusahaan pengolahan batu gamping itu sudah lama dirasakan dampak lingkungannya, bukan hanya sekali dan dua kali, bahkan berkali-kali hingga menganggu kenyamanan warga saat beristirahat dan beribadah.
Baca Juga: Petani di Morut Racik Pupuk Berbahan Kecap-Daun Kelor, Hasilnya Memuaskan
Getaran alat berat breaker excavator dan bisingnya kegiatan, bagaikan sirine ambulance yang tiap saat didengar dan seakan-akan pihak perusahaan lebih memikirkan produksi atau keuntungan, dibandingkan dengan kehidupan masyarakat sekitar.
Apalah daya, masyarakat kecil yang datang ke pihak perusahaan untuk mengeluhkan dan meminta agar pihak perusahaan menyeimbangkan kegiatannya, jam kerja dan mengingatkan agar crusher ditambah blewernya guna meminimalisir dampak lingkungan.
Akan tetapi, sebagai warga setempat Rusli yang datang ke kantor PT MBN, tidak ditanggapi dan pihak perusahaan tetap melanjutkan kegiatannya.
Masyarakat kecil dimata PT MBN bagaikan angin lewat saja. Namun, perjuangan Rusli untuk masyarakat Desa Lahuafu yang terkena dampak tidak terhenti disitu. Pihaknya kembali membuat laporan secara resmi ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Morowali.
Ihwal ini memantik perhatian Koordinator Inspektur Tambang Sulawesi Tengah Muh Saleh. Katanya, PT MBN telah diatensikan dan akan melakukan pengawasan dan pembinaan.
Baca Juga: Cuek Dengan Keluhan Warga Terdampak Tambang, PT MBN Resmi Diadukan ke DLHD Morowali
Rencananya, tim Inspektur Tambang Sulawesi Tengah akan dijadwalkan turun ke lokasi pertambangan PT MBN pada bulan Agustus mendatang.
"Akan kami atensi juga, untuk jadwalkan pembinaan dan pengawasan ke sana. Mungkin di bulan Agustus," ujar Saleh setelah mengetahui dampak lingkungan dari PT MBN yang kini meresahkan warga Lauafu. ***