METRO SULTENG - Akibat mahalnya pupuk kimia, itupun stoknya langka, membuat seorang petani kelapa sawit di Desa Ensa, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara (Morut), Sulteng, harus berpikir keras dan mencari alternatif lain untuk mendapatkan pupuk murah yang diracik sendiri.
Dan hasilnya pun signifikan dengan pertumbuhan pohon yang subur, serta buah meningkat hingga dua kali lipat.
Baca Juga: Ketua DPD Perindo Kota Palu Diganti, Hamdin: Masih Sebatas Usulan ke DPP
"Awalnya, saya terinspirasi dari kebiasaan ibu saya. Dahulu air sisa cuci piring itu ditampung lalu disiramkan ke tanaman. Hasilnya malah subur, daunnya menghijau dan pertumbuhannya normal dan cepat berkembang. Seperti tanaman cabe rawit, tomat serta sayur mayur yang ditanam di sekitar dapur," kata Munding Palega, Selasa (11/7/2023) siang.
Bahkan, petani bertangan dingin ini meyakini jika pupuk racikan itu bisa menambah penghasilan buah sawit hingga dua kali lipat, dibanding sebelum menggunakan racikan pupuk cairnya.
"Kalau saya bandingkan, saat menggunakan pupuk kimia seperti pupuk Mutiara 1616 dengan harga Rp 800.000. Untuk memupuk kelapa sawit 25 pohon, memang cukup berat bagi saya. Sementara memperoleh pupuk kimia, selain harganya mahal, itupun sulit ditemukan," ujarnya.
"Sehingga muncul ide saya untuk membuat pupuk cair racikan yang murah, namun sangat efektif untuk tanaman pohon sawit," tambah Munding Palege ditemui di kediamannya oleh media ini.
Secara rinci dikatakan petani ulet ini, bahwa pupuk racikannya itu berbahan M4, molase, dipadukan dengan vitsin, kecap, daun kelor, dan daun gamal. Hasilnya maksimal dan harganya jauh lebih murah dibanding pupuk kimia.
Baca Juga: Pengendalian HIV AIDS, KPA Sulteng Sasar Pelajar SLTA Sederajat di Palu dan Sigi
"Kita hitung saja, kalau pupuk racikannya hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp 125.000 untuk 22 pohon kelapa sawit," ungkapnya.
Dengan rincian sebagai berikut. Harga M4 Rp 25.000,- lalu harga molase 1 kg Rp 23.000, harga vitsin 1 kg Rp 50.000, kecap 2 bungkus harganya Rp 30.000.
Dan beberapa pekan kemudian, hasilnya yaitu daun pohon sawit hitam menghijau, buahnya pun hasilnya lumayan dibanding sebelum menggunakan pupuk racikannya tersebut.
Baca Juga: Cuek Dengan Keluhan Warga Terdampak Tambang, PT MBN Resmi Diadukan ke DLHD Morowali
Tak hanya itu, petani yang suka bereksperimen ini mengatakan, untuk pembasmi gulma ia tidak perlu membeli pestisida pembasmi gulma. Ia cukup meracik sendiri. Hasilnya, gulma mati hingga ke akarnya setelah disemprot beberapa pekan.
Sebelum menggunakan pupuk cair racikannya, hasil Tandan Buah Segar (TBS) sawit milik Munding, hanya menghasilkan 2 truk buah sawit dalam dua Minggu dengan luas tanaman sawit sekitar 30 Ha.