hukum-kriminal

Merawat Diplomasi Internasional Dalam Politik APBN

Rabu, 6 Agustus 2025 | 08:28 WIB
Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si

Korea Selatan menghasilkan lebih dari USD 12 miliar dari diplomasi budaya (Hallyu). Turki menaikkan perdagangan Afrika dari USD 5 miliar menjadi USD 25 miliar lewat strategi diplomatik yang konsisten.

Indonesia memiliki potensi lebih besar dari itu. Kita punya populasi besar, kekayaan budaya luar biasa, kekuatan geopolitik strategis, dan pemimpin dengan karisma global. Tapi kita belum memberi bensin yang cukup pada mesinnya. Seorang Dubes RI di Washington bisa menghadiri 200–300 acara resmi per tahun.

Hampir semua butuh dana representatif. Sementara duta besar dari negara-negara besar hadir dengan tim, protokol, dan dana promosi mapan, Dubes kita sering datang dengan idealisme dan kesederhanaan.

Baca Juga: Ketua Komite TK Islam Darul Farhi Kini Dijabat Rindu Putih Anggraini

Presiden Prabowo telah membuka ruang-ruang diplomatik baru, menjalin relasi strategis dengan berbagai blok kekuatan dunia. Namun tugas besar ini tidak akan bisa ditopang dengan struktur diplomasi yang lemah. Ini saatnya pemerintah dan DPR, terutama Komisi I, tidak hanya menyetujui pagu anggaran, tetapi menyuarakan nilai strategis dari diplomasi itu sendiri. Ini bukan soal berapa triliun, tapi seberapa besar kehormatan bangsa ingin kita jaga.

Dubes Mewakili Prabowo di Luar Negeri

Jika seluruh kedutaan besar Indonesia diberi anggaran layak untuk promosi budaya, pendidikan, ekonomi, dan kerja-kerja strategis, dampaknya bukan sekadar peningkatan gengsi nasional. Itu investasi jangka panjang untuk pembangunan dan posisi tawar kita di dunia.

Kepada para duta besar Indonesia, saya ingin katakan: kalian bukan sekadar pejabat negara. Kalian adalah Prabowo di luar negeri. Kalian adalah wajah Indonesia yang pertama kali dilihat oleh dunia. Tetaplah melangkah dengan kepala tegak. Kami berjuang agar suara kalian tak lagi dibisikkan di lorong-lorong sunyi, tapi digaungkan di ruang-ruang kebijakan nasional.

Karena diplomasi adalah kehormatan. Dan kehormatan harus dibela, bukan didiamkan. Karena investasi dalam diplomasi hari ini akan menentukan posisi Indonesia dua dekade ke depan.

Dan karena para dubes kita tidak meminta kemewahan, mereka hanya meminta kesempatan untuk berbuat maksimal bagi bangsa. Semoga logika politik sederhana ini dapat dimengerti. Karena dibalik surat-surat diplomatik, ada wajah Indonesia yang ditentukan: apakah ia disegani, atau dilupakan.***

Penulis adalah: Anggota Komisi I DPR RI 2004 - 2009, Ketua DPP Partai Golkar Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional & Guru Besar Hubungan Internasional Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan.***

Halaman:

Tags

Terkini