METRO SULTENG - Puluhan warga dari Desa Towara, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara (Morut), Sulawesi-Tengah mendatangi kantor Bupati Morowali Utara di Kota Kolonodale, Kamis (19/9/2024).
Kedatangan warga tersebut untuk menggelar aksi damai terkait krisis air bersih dan debu yang 'mengepung' hingga kepemukiman warga, diduga akibat tambang Ore Nikel.
Dalam selebaran yang dibagikan warga saat menggelar unjuk rasa, mengungkapkan, perubahan atas hadirnya investor nikel di desanya tampaknya tidak saja meningkatkan kesejahteraan, namun memunculkan malapateka baru atas kerusakan lingkungan, sebagaimana sudah sering digambarkan oleh berbagai kalangan, seperti krisis air bersih dan 'hujan debu: saat musim panas tiba.
Krisis ini menunjukkan, Patriarki dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, sehingga memperparah ketimpangan gender dan kemiskinan perempuan di desa Tanauge dan Desa Towara yang notabene berada pada lingkar tambang.
Bahkan perempuan dan ibu rumah tangga, memikirkan ketersedian air dirumah mereka sembari bertanggung jawab atas tugas domestik.
Beban ganda ini diperparah lagi Krisis rumah tangga yang timbul akibat berkurangnya pendapatan keluarga, terutama ketika perempuan pencari Meti (kerang sungai), kehilangan mata pencaharian akibat tercemarnya sungai Putemata di Desa Towara.
Bahkan tidak sedikit ibu-ibu rumah tangga terjebak pinjaman uang koperasi yang menjadi satu-satunya jalan keluar agar dapur tetap bisa berproduksi untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, tetapi menjadi resiko tambahan berupa hutang yang menjerat kedalam siklus kemiskinan di wilayah kaya sumber mineral tambang nikel.
Eksternalisasi resiko di desa Towara adalah nyata perusahaan nikel mengalihkan beban krisis yang dihasilkan kepada kelompok paling rentan yaitu perempuan dan keluarga miskin.
"Selama kehadiran perusahaan tambang di desa Kami, perkampungan warga dihantui bencana ekologis, seperti krisis air bersih akibat sumber mata air telah rusak, sehingga sungai Putemata yang sebelumnya airnya jernih dan layak dikonsumsi, kini airnya berubah berwarna merah bercampur lumpur merah dan Sungai itu terancam hilang akibat terjadinya pendangkalan, sedangkan saat musim panas debu berterbangan sampai kepemukiman warga, bahkan sampai kedapur yang menimbulkan batuk dan gatal," tandas Herlin Ketua RT dusun dua Desa Towara, saat menggelar demo di kantor Bupati Morowali Utara.
Melihat buruk lingkungan ini, Forum Komunikasi Masyarakat Towara Peduli menuntun,
agar segera menangani debu yang dapat menimbulkan penyakit. Tak hanya itu, Forum ini juga menuntut, keterbukaan informasi Perusahaan apa saja yang beroperasi di Kecamatan Petasia Timur, juga menuntut atas kerusakan sumber mata air Putemata yang tercemar, penangan instalasi air secepatnya, evaluasi semua izin perusahaan tambang di Desa Towara, Transparansi kewajiban soal lingkungan, dan Kesehatan reproduksi perempuan terancam akibat tercemarnya sumber air karena tambang.***