Oleh : Dr Hasanuddin Atjo, Ketua SCI Sulawesi
PERSAINGAN produsen udang dunia dikurun waktu lima tahun terakhir semakin ketat akibat kemajuan inovasi - teknologi budidaya yang sangat cepat, bahkan tidak terlihat.
Selain itu, adanya regulasi berpihak di negara tertentu telah mendorong munculnya sejumlah pendatang baru, mengisi pasar udang dunia yang trend permintaannya terus meningkat.
Hanya saja harga jual udang dunia di tahun 2022 cenderung menurun karena suply meningkat. Namun sejumlah analisis mengemukakan bahwa memburuknya kondisi dan situasi moneter global jadi sebab utama, penurunan harga tersebut.
Baca Juga: Presiden Jokowi Nilai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Relatif Masih Kuat Diantara Negara G20
Indonesia, Thailand tadinya dikenal sebagai jagonya budidaya udang dan menjadi kiblat inovasi teknologi budidaya udang dunia. Kini harus “gigit jari”, karena telah ditelikung oleh sejumlah pendatang baru dan awalnya tidak diperhitungkan.
Equador dengan garis pantai yang terbatas sekitar 2.700 km, di 2021 tampil sebagai produsen terbesar dunia. Negara di Amerika Latin ini bisa memproduksi udang sebesar 1,1 juta ton dan dalam dua tahun mendatang diprediksi meningkat dua kali lipat.
Disusul India dengan garis pantai sekitar 8.700 km berproduksi 0,8 juta ton. Seelanjutnya Vietnam di angka 3.200 km bisa memproduksi udang sekitar 0,6 juta ton. Dan kini negara ini menjadi importir bahan baku udang karena sukses dalam mengembangkan industri hilirnya.
Sementara Indonesia yang bergaris pantai terpanjang kedua, hampir 100.000 km di tahun yang sama hanya bisa memproduksi 0,5 juta ton, dengan laju peningkatan yang tidak signifikan.
Dan sejumlah pelaku di sektor hilir kadangkala “berteriak” kekurangan bahan baku, sehingga ingin juga mengimpor bahan baku udang dari negara lain seperti Vietnam agar bisa meningkatkan daya saingnya.
Baca Juga: PM Inggris Liz Truss Mengundurkan Diri Gegara Ekonomi Hancur, Inflasi Tembus 10 Persen
Namun keinginan ini belum direstui, dan hal ini dinilai sejumlah pakar sudah relevan, karena Indonesia memiki potensi yang besar, beriklim tropis, memungkinkan budidaya bisa dilakukan. sepanjang tahun.
Dan tidak kalah pentingnya bahwa lebih dari setengah masyarakat pesisir bekerja di bisnis ini yang diyakini produksinya bisa dinaikkan sebagaimana proyeksi Penerintah melalui program revitalisasi.
Produksi yang dicapai negeri gajah putih, Thailand hampir menyamai Indonesia, namun mereka dinilai lebih produktif, karena garis pantai lebih pendek sekitar 3.200 km. Dan kreatif dalam produk nilai tambah.
Inovasi dan teknologi serta regulasi yang berpihak ditengarai menjadi pemicu meningkatnya produksi dan daya saing negara bergaris pantai pendek tersebut.