Proporsi utang terhadap pengeluaran bulanan yang sehat sekitar di bawah 30%. Namun karena mau menghadapi resesi, lebih konservatif juga lebih baik. Misalnya rasio utang terhadap pengeluaran sampai 20%.
Pastikan dalam membayar utang mulai dari yang berbunga besar. Karena bunga yang tinggi bisa berpengaruh pada arus kas keluarga saat mengalami masalah keuangan.
Hal ini bertujuan agar tidak membebani pengeluaran saat (amit-amit) terjadi resesi.
4. Mulai Siapkan Dana Darurat
Dana darurat yang ideal adalah untuk 3-6 bulan dalam memenuhi kebutuhan. Mumpung belum sampai resesi, masih ada waktu untuk segera mengumpulkannya.
Saat terjadi resesi dan (amit-amit) terkena pengurangan gaji atau bahkan PHK, dana darurat ini yang nantinya bisa menggantikan pendapatan yang hilang.
5. Asuransi
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Itulah kenapa harus menyiapkan asuransi. Asuransi yang dipilih bisa kesehatan dan jiwa dalam menghadapi resesi jika terjadi.
Baca Juga: Dinas Pariwisata Tojo Una-Una Gelar Sosialisasi OSS Dorong Kunjungan Turis
Baca Juga: Butuh Suntikan Rp 1,8 Triliun, Bank Sulteng Pilih Aset Daerah Ini untuk Pernyertaan Modal
Misalnya ada musibah seperti terkena penyakit yang mengharuskan dirawat dan membutuhkan dana besar, asuransi akan jadi pelindung. Begitu juga saat pencari nafkah terkena musibah hingga merenggut nyawa, asuransi yang akan memberi perlindungan terhadap keluarga yang ditinggalkan. Sehingga kebutuhan pokok masih dapat terpenuhi meskipun musibah menghampiri.
6. Cari Pendapatan Lain, Investasi dan Menabung
Menghemat mungkin saja bisa menjaga keuangan saat terjadi resesi. Namun akan lebih aman jika menambah aliran kas masuk atau pendapatan untuk makin memperkokoh kesehatan keuangan pribadi.
Jika ada kelebihan uang jangan kemudian langsung dikonsumsi. Tabunglah dan investasilah. Menabung bisa dilakukan di rekening terpisah untuk dana jaga-jaga atau kejadian tidak terduga dan likuid atau cepat cair.
Investasi juga bisa dilakukan di aset minim risiko seperti deposito, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, atau obligasi negara ritel.***