KEK Pangan Berbasis Vaname Penting Bagi Keberlanjutan

photo author
- Kamis, 1 Desember 2022 | 06:04 WIB
Dr Hasanuddin Atjo. (foto: dok.pribadi)
Dr Hasanuddin Atjo. (foto: dok.pribadi)

Baca Juga: Produksi Udang Nasional 2 Juta Ton Dihadang Efisiensi, Standarisasi dan Investasi

Ditambah lagi akhir-akhir ini harga udang di pasar global cenderung turun karena daya beli masyarakat di sejumlah negara menurun akibat inflasi yang tinggi karena konflik Rusia dan Ukrania berkepanjangan mengganggu suply chain pangan dan energi.

Alasan alasan yang disebutkan di atas tentunya dapat memberikan pertimbangan bahwa kehadiran KEK pangan berbasis vaname di Teluk Tomini menjadi strategis dan mendesak di realisasikan agar bisa meningkatkan daya saing menuju keberlanjutan.

Teluk Tomini, diarahkan menjadi sentra produksi utama bahan baku udang dan pusat industri prosesing yang menghasilkan produk pangan ready to eat dan ready to cooke yang saat ini telah menjadi trend permintaan.

Kebutuhan makanan ready to eat, siap saji trendnya meningkat tajam. Jutaan jemaah haji maupun umroh, pekerja industri tambang maupun industri lainnya, dan peran gender emansipasi yang meningkat dalam pembangunan, menuntut shifting penyediaan makanan ke cepat saji.

Selat Makassar dan Laut Sulawesi bisa menjadi pusat produksi input produksi seperti benur, pakan dan sapras lainnya, sekaligus menjadi pelabuhan ekspor atau pintu keluar. Selain itu, kawasan selat Makassar dan laut Sulawesi bisa berperan sebagai buffer bahan baku untuk industri prosesing di teluk Tomini.

Untuk kelancaran konektifitas dan efisiensi dibutuhkan infrastruktur berupa jalan bebas hambatan atau TOLdarat yang menghubungkan teluk Tomini dan Selat Makassar yang jaraknya sekitar 30 km, yaitu dari desa Kasimbar di kab. Parigi Moutong Teluk Tomini menuju ke Desa Tambu, Kab. Donggala, Selat Makassar.

Baca Juga: Teknologi, Regulasi Kendala Peningkatan Produksi Udang

Ini juga sekaligus menjadi jembatan penghubung antara ALKI III dan ALKI II, menghubungkan kawasan Timur ke IKN dan kawasan Barat. Tidak menutup kemungkjinan ke depan keterhubgan itu bisa melalui terusan yang pernah digagas di era Gubernur H. B. Paliudju yang bernama “Terusan Khatulistiwa”.

Selain itu, dibutuhkan infrasruktur lainnya antara lain pembangunan pelabuhan laut di kedua wilayah tersebut, pasokan listrik air bersih, ketersediaan lahan dan SDM yang kompetitif dan sering menimbulkan masalah di saat akan operasional.

Terakhir, bahwa secara umum telah dikemukakan alasan dibutuhkan clusterisasi pembangunan industri pangan. Namun semua berpulang kepada respon dan kreatifitas dari pemerintah daerah. Karena harus digagas dan termuat di dalam satu dokumen perencanaan terintegrasi pusat dan daerah. SEMOGA!!!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X