KPN Talaga Sulawesi Tengah, Kemungkinan Terkendala pada Standarisasi dan Efisiensi

photo author
- Senin, 3 Oktober 2022 | 05:13 WIB
Dr Hasanuddin Atjo, Tenaga Ahli Kemenko Maritim dan Investasi RI. (foto: dok.pribadi)
Dr Hasanuddin Atjo, Tenaga Ahli Kemenko Maritim dan Investasi RI. (foto: dok.pribadi)

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

PENGEMBANGAN Kawasan Pangan Nusantara  (KPN) Talaga Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, menurut beberapa pemerhati layak diapresiasi, terlepas dari plus dan minus desain pengembangannya.

Pasalnya, hanya Sulawesi Tengah yang mendorong wilayah berada di ALKI II dan juga berhadapan IKN Baru, dijadikan KPN yang secara nasional populer disebut dengan istilah Food Estate yang kini sudah kalah populer dan digeser isu pesta demokrasi 2024.

Baca Juga: Sudah Siapkah Sulteng dan Gorontalo Jadi Penyangga dan Penghubung IKN?

KPN, dinilai bisa menjadi levarage, atau pengungkit daya saing, jika saja desainnya dirancang secara komprehensif, mempertimbangkan syarat sebagai Food Estate yang notabene telah sukses di negara maju sebagai strategi membangun ketahanan dan keamanan pangan.

Pertanyaannya kemudian, apakah wilayah lainnya di ALKI II, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara, tidak tertarik dengan program KPN yang menjadi andalan Pemerintah Pusat.

Selain itu, apakah wilayah ini juga tidak manfaatkan keberadaan IKN yang direncanakan di akhir tahun 2024 secara resmi akan berpindah dari Jakarta ke Panajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Baca Juga: Songsong IKN, Donggala dan Parimo Miliki Potensi Besar Integrasikan Tol Darat dan Laut

Pertanyaan ini, menarik didalami. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa wilayah tersebut lebih fokus meningkatkan daya saing komoditi pangan pada sentra produksi yang sudah ada, melalui modernisasi dan cara baru sehingga terstandarisasi dan bisa bersaing.

Juga, secara paralel diprogramkan peningkatan infrastruktur jalan, air bersih, listrik, kawasan industri dan pelabuhan laut maupun pelabuhan udara yang secara akumulatif akan meningkatkan efisiensi menunjang peningkatan daya saing.

Kasus pasokan pangan di Morowali maupun Morowali Utara, memenuhi kebutuhan pekerja tambang dan masyarakat umumnya dipasok dari Jawa Timur atau Sulawesi Selatan. Ini karena, wilayah tersebut mampu memenuhi standar permintaan dan harga yang bersaing.

Baca Juga: Respon Positif KPN, Masyarakat Talaga Dampelas Minta Dilibatkan Kedepannya

Beberapa waktu yang lalu sempat mengulas bahwa Sulawesi Tengah bisa menjadi “penyannga pangan” bagi IKN dan sekaligus “jembatan penghubung” antara wilayah timur dengan IKN melalui integrasi Tol darat Kasimbar-Tambu dengan Tol laut yang sudah ada.

Persoalan mendasar bahwa syarat sebagai KPN, harus tersedia areal mimimal seluas 20.000 ha dengan tingkat elevasi lahan terkoreksi. Sementara KPN Talaga, tersedia areal sekitar 1.000 ha yang akan mengkonversi kawasan hutan jadi kawasan produksi pangan dengan derajat elevasi kurang menunjang.

Disampaikan juga dalam artikel itu, sebaiknya wilayah Talaga menjadi Pusat akumulasi maupun distribusi pangan dari wilayah Timur, Selatan dan Utara Sulawesi Tengah, dan nantinya bisa mengambil peran KEK Palu, fokus pada industrialisasi pangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X