METRO SULTENG-Pelaku kuliner di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, meradang akibat menurunnya pelanggan yang mampir diwarung. Hal tersebut dirasakan oleh warung Coto Makassar di Desa Bunta, padahal sebelumnya pelanggan ramai berkunjung diwarungnya.
Baca Juga: Ketua HIMP2KAB-Sultra Kecam Sikap Arogan Kadis Disdikbud Morowali
Sementara hampir rata-rata pelaku ekonomi di Desa Bunta bergantung terhadap kegiatan industri nikel di PT GNI, yang dikabarkan beberapa waktu lalu terjadi pengurangan tenaga kerja (PHK) yang diduga akibat anjloknya harga nikel, sehingga ikut berdampak terhadap pedagang sembako dan pelaku usaha kuliner.
Sekarang pelanggan sudah sepi, bahkan kami terancam gulung tikar, sebelumnya pemasukan perhari rata-rata Rp1.2 juta, kalau sekarang paling banyak rata-rata perhari hanya Sampai Rp300 hingga Rp 400 ribu perhari.
Baca Juga: GRD KK-Morowali Kecam Kadis Disdikbud, Dinilai Arogan dan Batasi Ruang Demokrasi
"Sementara sewa tempat buka warung harganya perbulan Rp2.5 juta, belum lagi bayar listrik dan lainnya yang berhubungan dengan usaha warung Coto," ujar Daeng Coto yang sehari-hari menjual Coto Makassar di Desa Bunta, Minggu, (21/9/2025).
Tak hanya itu, dari sejumlah sumber yang dihimpun oleh media ini, efek dari PHK juga berdampak terhadap usaha rumah kost, yang dikabarkan banyak mengalami kosong.
Pelaku ekonomi di kawasan industri nikel di Kabupaten Morowali Utara berharap, kondisi ini cepat berlalu, agar gairah ekonomi bangkit lagi seperti beberapa waktu lalu.***