Pembudidaya Udang Skala Kecil Butuh Dukungan, Biaya Penyediaan Air Makin Mahal, Benur Sehat Sulit Diperoleh

photo author
- Senin, 10 Februari 2025 | 11:47 WIB
Tambak budidaya udang Vaname di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. (Foto: Ist).
Tambak budidaya udang Vaname di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. (Foto: Ist).

Tahapan yag dinilai tidak kalah prntingnya bahwa juvenil udang diuji dengan stress test serta pemeriksaan kesehatannya sebelum ditransfer ke tambak pembesaran.

Bila lolos maka juvenil layak ditransfer dengan berbagai cara agar tidak stress. Antara lain menggunakan pipa PVC secara gravitasi, atau pompa khusus serta dianggkut dengan tangki khusus.

Baca Juga: Penyakit Udang Masih Jadi Soal, Standarisasi Hatchery, Laboratorium Penyakit dan SOP Budidaya Penting

Agar pola ini bisa memenuhi kalkulasi ekonomi, teknokogi yang diterapkan adalah semi intensif dan intensif. Padat tebar ditingkatkan menjadi 50 hingga 100 ekor juvenil setiap meter persegi atau 500 ribu hingga 1 juta ekor per ha tambak udang.

Ekuador saat ini menjadi produsen utama udang dunia. Pada tahun 2024, negara yang bergaris pantai tidak sampai 3.000 km bisa memproduksi
udang sebanyak 1,3 juta ton, dan sekitar 60 persen mengisi pasar China yang terus tumbuh.

Pengelolaan tambak udang umumnya dilakukan sejumlah perusahaan dengan luasan puluhan ribu ha dan dilakukan secara terintegrasi hulu - hilir, terapkan teknologi budidaya sederhana (tradisional) dengan kepadatan 10 - 20 ekor juvenil per meter persegi atau 100 hingga 200 ribu ekor per ha.

Kunci keberhasilan Ekuador dinilai sejak tahun 2010, yaitu setelah mereka sukses dalam melakukan rekayasa genetik dan mandiri dalam produksi induk. Kemudian regulasinya tidak memperbolehkan impor induk, tetapi memperbolehkan ekspor agar penyakit dari luar bisa dieleminir dan membuka peluang bisnis induk.

Inovasi terus dikembangkan antara lain sistem budidaya dua tahap (dikenal two steps) yaitu budidaya udang diawali dengan nursery (menghasikan juvenil ukuran 0.5 - 1 gr dari benur), kemudian dibesarkan di tambak pembesaran.

Baca Juga: Industri Udang Perlu Dibenahi, Pelaku Menaruh Harapan Pada Pemerintah Baru

Pengawasan dan monitoring penyakit mulai produksi dan peredaran benur hingga pada tahap nursery dan pembesaran di tambak menjadi perhatian, sebagai mitigasi dan upaya
antisipasi.

Selanjutnya digunakan pakan fungsional, mulai di hatchery, nursery dan growout (tambak pembesaran) dengan tujuan meningkatkan imun dan laju pertumbuhan pada saat proses pembesaran.

Efiseinsi terus mereka bangun antara lain melalui penggunaan autofeeder dan kincir air untuk mensuplai oksigen berbasis sensor. Autofeeder melontar pakan pada saat udang lapar. Dan kincir secara otomatis berfungsi pada saat kandungan oksigen di tambak lebih rendah dari standar yang disetting.

Dengan inovasi dan teknokogi seperti ini, maka HPP tambak udang di Ekuador lebih murah $US 0.75 dari Indonesia dan $US 0.40 dari Vietnam. Dan ini tentunya menjadi tantangan bagi industri udang nasional.

Ekuador maupun Vietnam bisa menjadi referensi melahirkan teknologi dan regulasi untuk meningkatkan kinerja tambak udang skala kecil di Indonesia yang jumlahnya banyak dan kurang berdaya.

Baca Juga: Shrimp Club Indonesia (SCI) Menilai Desentralisasi Prosesing Udang Mendesak

Sejumlah hal dipandang perlu didiskusikan sebagai bahan menyusun rekomendasi untuk peningkatan produksi maupun ekspor udang nasional yang pada saat ini belum maksimal dibandingkan potensi.

Tahun 2024 produksi udang nasional baru sekitar 500 ribu ton (data asosiasi), hampir 250 ribu ton diekspor. Dan sekitar 60 persen ke AS yang saat ini daya belinya menurun karena resesi ekonomi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X