Produksi Kakaonya Tertinggi di Indonesia, Kementerian Desa Kembangkan Hilirisasi Kakao di Sulteng

photo author
- Senin, 5 Agustus 2024 | 19:27 WIB
Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, M.Fachri (berjongkok) saat berkunjung ke Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Fachri meninjau Palolo untuk menjadi daerah hilirisasi produk kakao berbasis desa. (Foto: Ist).
Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, M.Fachri (berjongkok) saat berkunjung ke Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Fachri meninjau Palolo untuk menjadi daerah hilirisasi produk kakao berbasis desa. (Foto: Ist).

METRO SULTENG - Selama dua hari, Minggu hingga Senin (4-5 Agustus 2024), M.Fachri S.STP, M.Si berkunjung ke Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Kementerian Desa PDTT RI tersebut melakukan peninjauan di Sigi. Kabupaten itu khususnya Kecamatan Palolo, akan disiapkan menjadi daerah hilirisasi produk kakao berbasis desa.

Kedatangan Fachri ke Sigi bersama beberapa pihak terkait. Antara lain Direktur PT MARS Symnioscience Indonesia, JB Cocoa, Dinas Perkebunan Provinsi Sulteng, Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Sulteng.

Baca Juga: Program TEKAD, Solusi untuk Kemajuan Kampung di Bumi Cenderawasih

Ikut mendampingi Camat Palolo, Kepala Desa Karunia dan Kepala Desa Sintuwu.

Selain meninjau, rombongan Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi juga mendiskusikan upaya hilirisasi produk kakao berbasis desa di Kecamatan Palolo yang rencananya dimotori oleh Bumdes.

Fachri menekankan, dana desa (DD) harus digunakan untuk mendorong produk unggulan yang sesuai dengan potensi masing-masing desa. Jangan sampai usaha desa yang dijalankan Bumdes, latah dan hanya terbatas pada usaha simpan pinjam dan sewa tenda.

Kunjungan M.Fachri bersama rombongan ke Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulteng.
Kunjungan M.Fachri bersama rombongan ke Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulteng.
"Harus ada dorongan DD untuk produk kakao. Apalagi Sulawesi Tengah ini menjadi produsen terbesar Kakao di Indonesia," ujar Fachri saat berkunjung ke Kecamatan Palolo.

Menurut data BPS 2022, produksi kakao Sulawesi Tengah tertinggi di Indonesia yaitu 130.836 ton atau sebesar 20,11% dari produksi nasional. Produksi kakao daerah ini melebihi Sulawesi Selatan (104.616 ton) dan Sulawesi Tenggara (86.920 ton).

"Data 2023 juga begitu, produksi kakao Sulteng juga tertinggi di Indonesia. Jadi, potensi kakao Sulteng cukup besar. Sangat disayangkan bila tidak didorong untuk menyejahterakan petani," kata Fachri.

Baca Juga: NasDem Sigi Siapkan 200 Titik Rumah Pemenangan Pilkada

Hilirisasi kakoa berbasis desa di Sigi, model agroforestry yang tepat. Dimana tidak hanya komoditas kakao saja dikembangkan, tetapi ada produk lain seperti pisang, durian, alpukat dan tanaman lain. Hal ini bertujuan membantu petani dalam meningkatan produktivitasnya menuju desa mandiri benih, pupuk dan mendorong keterlibatan pemuda.

"Ini kan sudah ada contoh keberhasilan pembibitan dan pemuda, maka kita ciptakan pembibitan dan pemuda-pemuda baru di tempat lain," tutur pria alumni SMA 2 Palu itu.

Lebih teknis lagi, ia menyampaikan tata kelola produk unggulan kakao di Sigi, perlu didorong kerjasama multistakeholder. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada pembentukan asosiasi desa penghasil kakao.

Hal itu diyakini Fachri, akan mempercepat hilirisasi kakao berbasis desa yang akan menciptakan desa mandiri benih berkualitas dan meningkatkan sumberdaya manusia serta perekonomian desa melalui Bumdes.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X