Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
(Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Sulteng)
DUA komoditi tidak akan ada matinya dan terus dibutuhkan yaitu ketersedian pangan dan energi. Negara akan kuat, bila saja kedua komoditi ini mampu dikendalikan ketersediaannya.
Dampak lingkungan dan sosial akibat menerapkan prinsip ekonomi linier mulai ditinggal oleh sejumlah negara maju, dan selanjutnya ditukar dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar antara lain bertujuan selain mengurangi dampak lingkungan dan sosial, juga akan meningkatkan efisiensi dan nilai tambah produksi, serta menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Baca Juga: Perlu Roadmap untuk Menjadi Penyangga IKN
Tuntutan masyarakat dunia yang semakin ketat akan pola hidup sehat, seperti konsumsi pangan organik - non kimia, lebih mendesak menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam memproduksi pangan.
Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi berpotensi sebagai penghasil pangan bagi daerah lain, bahkan digadang-gadang menjadi salah satu penyagga utama bagi IKN di Panajam Paser Utara, Kaltim.
Tidak bisa dipungkiri bahwa nantinya terjadi persaingan dalam memasok pangan sehat ke IKN dari sejumlah daerah lainnya. Inilah sesungguhnya yang harus diantisipasi dan dipersiapkan oleh Sulteng yang ingin berperan sebagai salah satu penyangga.
Baca Juga: Genjot Pembangunan Infrastruktur di Sulteng, Gubernur Temui Stafsus Presiden
Beberapa contoh penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam memproduksi pangan. Pertama yang paling sederhana yaitu pertanian padi sawah. Selama ini, jerami padi dibiarkan begitu saja bahkan sering dibakar dan dampaknya terhadap pencemaran udara.
Padahal, jerami ini bisa dipakai sebagai salah satu bahan baku utama untuk pupuk organik. Dari pupuk organik kemudian kembali lagi ke padi. Jadi, dari padi ke pupuk organik dan kembali ke padi. Ini adalah gambaran sirkular sederhana.
Baca Juga: Ketika Presiden Jokowi Sebut Sulteng Daerah Senang, Dr. Atjo Sarankan Segera Bangun KEK Pangan
Kedua, yang sirkularnya lebih panjang yaitu padi - jerami - pakan ternak besar - kotoran sapi - pupuk organik - padi. Sirkular yang kedua ini terdapat produk lainnya seperti daging ternak besar dan biogas.
Sebagai informasi tambahan bahwa 1 ha sawah yang dapat memproduksi padi kering giling sebesar 5 ton, maka potensi jeraminya mencapai 20 ton. Ini sangat potensial bila dijadikan pakan ternak.
Dari model seperti ini tentunya dapat dikalkulasi berapa nilai tambah yang dihasilkan. Mulai pupuk organik, daging sapi dan tenaga kerja terserap sekaligus menjawab isu-isu kelangkaan pupuk dan harus impor, impor daging, angka kemiskinan, dan pengangguran yang tinggi.