Integrasi Bisnis Memperkuat Daya Saing Industri Udang Ekuador, Sebaiknya Dicontoh!

photo author
- Rabu, 13 Desember 2023 | 09:14 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Ist).
Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Ist).

Indonesia pernah melakukan pendekatan usaha seperti itu, namun menerapkan teknologi intensif dengan padat tebar antara 100 - 150 ekor benih per merer persegi. Hanya saja tidak berlangsung lama, karena banyak variabel kunci belum bisa dimaksimalkan.

Variabel dimaksud antara lain terkait dengan kemandirian induk seperti Ekuador, inovasi teknologi nursery dan budidaya multisteps yang belum masif, serta lemah dalam penerapan standarisasi input produksi dan pascapanen.

Budidaya multistep terbukti telah meningkatkan kinerja di Ekuador, Vietnam dan India serta beberapa lokasi tambak di negeri ini seperti Sulawesi dan Kalimantan sebagaimana yang dikembangkan penulis sejak tahun 2016.

Dan tidak kalah penting dan harus dilakukan, adalah upaya menekan biaya logistik yang tinggi karena hulu dan hilir bisnis udang lebih terpusat di Pulau Jawa, sementara sentra budidaya udang umumnya di luar Jawa.

Sudah saatnya pengembangan industrialisasi udang Indonesia berbasis kluster pulau besar. Tujuannya agar ketersedian sarana dan prasarana, areal budidaya dan usaha hilirnya serta pelabuhan ekspor dalam satu kawasan. Oleh karena itu, diperlukan regulasi, intervensi yang berpihak agar menarik bagi para investor berinvestasi dengan model bisnis integrasi.

Kementerian Kelautan Perikanan
RI menerapkan dua skenario dalam program peningkatan produksi udang menjadi 2 juta ton pada tahun 2024. Pertama melakukan revitalisasi tambak rakyat antara lain perbaikan irigasi tambak, bantuan sarana dan prasarana budidaya, serta percontohan budidaya.

Upaya ini belum memberikan hasil sesuai yang diharapkan karena variabel utama seperti kualitas benih udang, sistem budidaya, pola tanam, serta perbaikan lingkungan belum maksimal sehingga sasaran peningkatan produktifitas tidak signifikan.

Baca Juga: Harga Udang Turun, HPP Naik, Sistem Budidaya Perlu Dibenahi

Biaya logistik yang tinggi juga menjadi persoalan lain. Makin ke wilayah Timur biaya logistik makin besar, secara akumulatif akan menaikkan HPP berujung pada lemahnya daya saing dari bisnis sekala rakyat ini.

Kedua, melaksanakan program modeling, membangun tambak estate, menggunakan teknologi intensif. Project yang dibangun di Kebumen, Jateng, bertujuan menjadi contoh cara budidaya udang yang baik dan benar bagi petambak sekala besar.

Menurut sejumlah kalangan lagi, persoalan utama dari tambak estate itu adalah HPP yang masih tinggi, diprediksi sekitar 2,5 - 3.0 dollar US. Ini sama yang dialami sejumlah petambak intensif di Indonesia. HPP sangat dipengaruhi oleh produktifitas, kelangsungan hidup benih dan biaya logistik.

Tambak modelling lainnya juga akan segera dibangun di NTT, tepatnya di Waingapu, Sumba Timur dengan sumber dana pinjaman, Asian Developmemt Bank, ADB sebesar 7, 8 triliun rupiah. Selain itu pemerintah juga akan membangun model yang sama di 11 wilayah lain. (Dilansir dari harian Kompas 11 Desember 2023). 

Baca Juga: Tebar Padati, Tumbuh Cepat & Pasar Lokal Strategi Siasati Harga Udang

Pendekatan yang dipergunakan adalah bisnis integrasi hulu dan hilir seperti praktek dilakukan oleh beberapa negara antara lain Ekuador dan Mesir. Sudah tentu tujuan dari modelling ini adalah contoh menekan HPP yang berujung pada naiknya daya saing.

Terakhir, sejumlah asosiasi yang berhubungan dengan bisnis udang berharap agar pemerintah selain mendorong bisnis udang terintegrasi juga memprioritaskan beberapa hal sebagai variabel utama antara lain.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X