Realita yang telah disebutkan kiranya bisa menjadi perhatian bersama stakeholders agar udang Indonesia bisa bersaing di pasar global yang semakin ketat. Menekan HPP tentunya menjadi jawaban yang relevan.
Pendekatan kluster berbasis pulau besar, mengintegrasikan hulu dan hilir, menurut sejumlah pelaku usaha adalah salah satu upaya yang bisa menekan HPP. Ongkos logistik diperkirakan bisa berkurang hingga 70 - 80 persen.
Klusterisasi dinilai sejumlah kalangan bisa memudahkan pengawasan dan pengendalian penyebaran penyakit yang saat ini belum reda. Diharapkan di setiap cluster terbangun unit NBC, Nucleus Breeding Center sebagai penghasil induk udang yang hingga saat ini Indonesia masih impor sekitar 80 persen.
Salah satu kunci sukses dari Ekuador adalah regulasinya melarang mengimpor induk udang untuk memproduksi benih, namun diperkenankan mengekspor. Dengan demikian NBC swasta bisa tumbuh dan berkembang.
Negara ini sebelumnya pernah juga terperosok dalam kinerja produksi udang, dikarenakan serangan penyakit yang cukup lama, sekitar 10 tahun. Dan mereka lebih cepat recovery bahkan meningkat cepat dan tinggi, karena menerapkan teknologi tradisional dan semi intensif.
Selain sukses dalam genetic improvement, regulasi negara ini mengharuskan metode atau cara budidaya menerapkan multisteps, dua atau tiga tahap yaitu melalui proses nursery untuk inkubasi dan growout untuk proses pembesaran.
Baca Juga: UDANG 2 JUTA TON : Sebaiknya Prioritaskan Perbaikan Genetik, Sistem Budidaya dan Hilirisasi
Autofeeder atau pelontar pakan otomatis yang dipergunakan juga telah berbasis digital yang diintegrasikan dengan kamera. Alat ini segera melontar pakan, apabila kamera yang terpasang menangkap sejumlah udang sekeliling autofeeder, pertanda sedang lapar.
Kincir air atau blower sebagai penghasil oksigen juga telah menggunakan sensor. Apabila kadar oksigen kurang dari nilai 4 ppm, maka secara otomatis kincir akan bekerja. Ini sama prinsipnya dengan AC rumah yang bisa mengatur suhunya secara otomatis.
Kesemua ini menyebabkan HPP Ekuador lebih murah 0,7 US dollar atau sekitar 10 ribu rupiah dari HPP Indonesia. Dan mereka bisa menjual udang yang harganya juga bisa 10 ribu lebih murah. Ini menjadi ancaman dan tantangan.
Terakhir, gambaran yang telah dikemukakan diharapkan bisa menjadi referensi pemerintah dalam mempertimbangkan lahirnya skenario baru pengembangan budidaya udang yang berbasis cluster pulau besar, dilengkapi roadmap yang benar, tepat dan implementatif. ***