Silakan berbuat dan mengabdi untuk rakyat. Supaya popularitas dan elektabilitas di masyarakat tinggi. Dan jika itu diraih pada hari H pemilu, maka akan menikmati hasilnya.
Yang harus dibenahi sebenarnya, kata ART, adalah sistem edukasi parpol. Parpol harus berhasil mengkader anggotanya. Agar berkualitas dan tidak gagal dalam menjadi pelaku demokrasi sejati. Bukan cenderung ke demokrasi transaksional.
Baca Juga: Doa Ahmad Ali tentang Penyakit Mematikan, Ramai-ramai Diaminkan Netizen
"Makanya saya memilih belum berpartai lagi. Dulu saya kader PPP. Tahu tidak, indeks pemilih kita selalu menurun. Ini karena pelaku demokrasi kita banyak janji. Ini yang saya temukan di lapangan,"kata ART menirukan suara sumbang rakyat.
Akibatnya, rakyat berpikir untuk berpartisipasi dalam sukses pesta demokrasi. Suara sumbang dan pesimistis mereka lontarkan. Itu-itu saja, pasti tidak ada juga perubahan nantinya.
Untuk itu, ART menyerukan berdemokrasi-lah yang benar. Sebagaimana yang telah ditorehkan founding father negara ini, yaitu demokrasi Pancasila.
"Kita harus dan mau kembali ke demokrasi yang sebenarnya. Yakni berdemokrasi sesuai falsafah Pancasila, "ajak ART kepada peserta diskusi.
Selain ART, hadir dalam diskusi tersebut salah satu dosen hukum Universitas Tadulako Palu, Idris Mamonto, SH, MH. Idris juga banyak sepakat dengan ART bahwa nilai dan kualitas demokrasi Indonesia masih buruk. Harus ada perbaikan. Jangan hanya sebatas teori saja, tapi minim praktik.
Baca Juga: Tanggapi Polemik NasDem dan Gubernur Sulteng, ART: Kemesraan sebagai Sahabat Harus Tetap Dijaga
"Makanya, masih banyak masyarakat yang sangsi dengan demokrasi kita. Konsepnya bagus, tapi tidak diterapkan sepenuh hati oleh para pengambil kebijakan di tengah masyarakat," tandas Idris.
Pada kesempatan itu, adik-adik mahasiswa banyak yang bertanya dan berupaya menghidupkan diskusi sore itu. ***