Diskusi Sistem Penguatan Demokrasi dengan Mahasiswa, ART: Makanya Saya Belum Mau Lagi Berpartai

- Minggu, 12 Maret 2023 | 20:05 WIB
Anggota DPD-RI, Abdul Rachman Thaha (tengah) saat menghadiri diskusi dengan mahasiswa di Kota Palu, Minggu sore 12 Maret 2023. (foto: ist)
Anggota DPD-RI, Abdul Rachman Thaha (tengah) saat menghadiri diskusi dengan mahasiswa di Kota Palu, Minggu sore 12 Maret 2023. (foto: ist)

METRO SULTENG - Anggota DPD-RI asal Sulawesi Tengah, Dr Abdul Rachman Thaha, SH, MH, berdiskusi dengan mahasiswa di Kota Palu pada Minggu sore (12/3/2023). ART yang juga menjadi utusan DPD-RI masuk dalam Badan Pengkajian MPR-RI, mendiskusikan sistem demokrasi terbuka dan tertutup dengan adik-adik mahasiswa.

Mahasiswa yang hadir sore itu sangat antusias mendengarkan paparan dari senator muda ini. Diskusi tersebut dikemas dalam bentuk reses atau serap aspirasi. 

Baca Juga: ART Desak Pemprov Sulteng Segera Tangani Sungai Toili di Kabupaten Banggai

Abdul Rachman Thaha yang akrab disapa ART, kepada mahasiswa mengharapkan, untuk terus mengikuti perkembangan isu sistem demokrasi bangsa ini. Karena saat ini diwacanakan, sistem demokrasi Indonesia akan dikembalikan ke sistem demokrasi tertutup.

"Saya bahagia sekali sore ini. Bisa berjumpa lagi dengan generasi muda kita, para mahasiswa dan mahasiswi. Mahasiswa adalah pemikir dan regenerasi bangsa ini," kata ART pada diskusi yang mengangkat tema "Penguatan Sistem Berdemokrasi" tersebut.

Dijelaskan ART, sistem demokrasi terbuka dan tertutup, masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Ada sisi baik dan buruknya.

Baca Juga: Gubernur Sulteng Dilarikan ke Rumah Sakit di Jakarta, Begini Kondisinya Saat Dijenguk Ahmad Ali

"Kalau sistem demokrasi kita kembali ke tertutup, ini agak rawan. Sebab, kewenangan besar ada di pusat. Ketum dan sekjen parpol, memiliki kewenangan yang besar. Ini minusnya," ujarnya.

Foto bersama mahasiswa dan mahasiswi di Kota Palu usai menggelar diskusi, Minggu sore 12 Maret  2023.
Foto bersama mahasiswa dan mahasiswi di Kota Palu usai menggelar diskusi, Minggu sore 12 Maret 2023.
Orang yang memiliki modal, berpotensi bekerjasama dengan internal partai politik dalam melakukan persekongkolan. Mereka bisa atur segalanya. 

"Siapa yang jadi wakil rakyat untuk duduk di senayan, sepenuhnya urusan partai. Siapa suara terbanyak dalam Pemilu, pasti akan dikesampingkan," tambah senator yang duduk di Komite 1 DPD-RI ini.

Sedangkan kelebihan sistem demokrasi tertutup, lanjutnya, ideologi akan terbangun baik. Para pelaku demokrasi, akan berikrar dan setia dengan partai politik sebagai instrumen demokrasi.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Beredar Video Tenaga Ahli Gubernur Sulteng Nyaris Diamuk Warga di Warkop

"Kalau sistem demokrasi terbuka, banyak yang jadi kutu loncat. Suka pindah-pindah partai. Padahal berpartai ini bicara soal ideologi. Itulah risiko sistem demokrasi terbuka, hak demokrasi dimiliki penuh setiap warga negara," papar ART membandingkan.

Jika sudah merasa tak nyaman dan kurang cocok dengan partai politik, dijamin Undang-undnag untuk pindah parpol. Hak seseorang, tidak bisa ditahan.

"Tapi kelebihannya sistem demokrasi terbuka, kualitas demokrasi kita tumbuh. Serba terbuka dan transparan. Rivalitas terbuka satu sama lain, termasuk dalam internal," paparnya menambahkan.

Halaman:

Editor: Icam Djuhri

Tags

Terkini

X