Tafsir Surat Al-'Adiyat Ayat 9-11: Tentang Niat Dalam Hati Yang Menentukan Perbuatan Manusia

- Jumat, 3 Februari 2023 | 05:40 WIB
Alquran
Alquran

METRO SULTENG-Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-'Adiyat ayat 9-11:

۞ اَفَلَا يَعْلَمُ اِذَا بُعْثِرَ مَا فِى الْقُبُوْرِۙ (٩) وَحُصِّلَ مَا فِى الصُّدُوْرِۙ (١٠) اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئذٍ لَّخَبِيْرٌ (١١)

(9) Afalā ya‘lamu iżā bu‘ṡira mā fil-qubūr (10) Wa ḥuṣṣila mā fiṣ-ṣudūr. (11) Inna rabbahum bihim yauma'iżil lakhabīr.

Artinya, "(9) Maka, tidakkah dia mengetahui (apa yang akan dialaminya) apabila dikeluarkan apa yang ada di dalam kubur, (10) dan ditampakkan apa yang tersimpan di dalam dada? (11) Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu benar-benar Maha Teliti terhadap (keadaan) mereka."

Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa secara tabiat, manusia diciptakan untuk mengufuri nikmat, cinta harta secara berlebihan, dan bakhil untuk menyedekahkannya, kemudian dalam ayat ini Allah mengancam manusia jika ia tetap bersifat dengan sifat-sifat tersebut.

Syekh Ali As-Shabuni (wafat 2021 M) dalam tafsirnya, Shafatut Tafasir, menafsirkan 3 ayat di atas sebagai berikut:

"Maka tidakkah dia mengetahui apabila dikeluarkan apa yang ada di dalam kubur, yakni apakah manusia bodoh ini tidak mengetahui jika apa yang ada di dalam kubur dikeluarkan, jika orang-orang yang telah meninggal dikeluarkan dari dalam kubur, dan jika ditampakkan apa yang ada di dalam dada, yakni dikumpulkan serta dipisahkan apa yang ada di dalam dada dari rahasia-rahasia tersembunyi yang telah mereka rahasiakan sebelumnya? Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu benar-benar Maha Teliti terhadap keadaan mereka.

Yakni sesungguhnya Tuhan mereka mengetahui semua yang telah mereka lakukan dan Dia akan membalas mereka dengan pembalasan yang paling sempurna." (Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Kairo, Darus Shabuni: 1997 M/1417 H], juz III, halaman 567).

Al-Khazin (wafat 741 H) menjelaskan alasan penyebutan secara khusus amalan hati dalam ayat 10 sebagai berikut:

وإنما خص أعمال القلوب بالذّكر في قوله، وَحُصِّلَ ما فِي الصُّدُورِ لأن أعمال الجوارح تابعة لأعمال القلوب، فإنه لولا البواعث والإرادات التي في القلوب لما حصلت أعمال الجوارح

Artinya, " Adapun Allah menyebutkan secara khusus perbuatan hati dalam firmannya

"Wa ḥuṣṣila mā fiṣ-ṣudūr", karena seluruh perbuatan raga mengikuti perbuatan hati. Seandainya tidak ada pendorong dan kemauan di dalam hati, maka tidak akan terwujud perbuatan anggota tubuh. "

(Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Al-Khazin, Lubabut Ta'wil fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV halaman 461).

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 M) mengatakan bahwa firman Allah pada ayat 11 yakni kata "yauma'iżi" pada hari itu, padahal Allah swt mengetahui seluruh keadaan manusia dalam setiap waktu, ini berfungsi sebagai ta'kid atau penguat bahwa Allah mengetahui hal itu pada hari pembalasan.

Adapun arti pembalasan atau mujazah diungkapkan dengan kata khibrah (pengalaman) dan mengetahui hal ihwal mereka, menurut beliau adalah karena tujuan untuk mengancam. Hal itu sebagaimana dalam firman Allah;

سَنَكْتُبُ ما قالُوا

Halaman:

Editor: Subandi Arya

Tags

Terkini

X