METRO SULTENG-Kedatangan bulan suci Ramadhan menjadi suntikan iman bagi umat Muslim. Tidak heran jika kehadiran bulan mulia ini disambut dengan luar biasa di tempat-tempat ibadah (mushala dan masjid).
Mulai dari memperbarui warna cat, memaksimalkan penerangan cahaya ruangan, menata ulang ruangan agar lebih banyak memuat jamaah, dan sejumlah upaya untuk menciptakan kenyamanan ibadah lainnya.
Salah satu ibadah sunnah yang mendapat sambutan antusias bagi umat Muslim adalah shalat tarawih. Kita bisa menyaksikan volume jamaah di masjid dan mushala yang lebih penuh dibanding bulan-bulan biasanya.
Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, tua, muda, bahkan ada pula yang membawa anak kecil karena di rumah tidak ada yang menjaga. Boleh dikatakan, puasa Ramadhan tanpa tarawih bagaikan masakan tanpa garam.
Keutamaan bagi orang yang melaksanakan shalat tarawih sendiri sangat besar, yaitu mendapat pengampunan dosa. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Para ulama sepakat bahwa kata qâma ramadhâna berarti shalat tarawih. Secara tegas hadits ini memotivasi umat Muslim agar melaksanakan shalat yang boleh dikatakan sebagai ibadah eksklusif di bulan Ramadhan.
Bahkan pahala yang dijanjikan adalah ampunan dosa-dosa, dengan catatan harus yakin akan keutamaannya dan dijalani dengan penuh keikhlasan. (as-Syirbini, Mughnil Muhtaj, tt; juz 1, h. 459)
Artinya, shalat tarawih yang hanya terdapat di bulan Ramadhan ini akan menjadi penyuci bagi umat Muslim dari dosa-dosa yang pernah diperbuat. Terkait apakah semua dosa, kecil dan besar, ulama berbeda pendapat.
Imam Haramain mengatakan bahwa dosa yang bisa dihapus karena shalat tarawih adalah dosa kecil, sebab dosa besar hanya bisa dilebur dengan jalan taubat.
Berbeda dengan Imam Ibnul Mundzir yang memaparkan bahwa dosa yang dihapus adalah seluruhnya, baik kecil maupun besar. Sebab, untuk menyebut kata dosa pada redaksi hadits di atas adalah menggunakan lafal “ma” yang dalam diskursus gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu) memiliki arti umum. (al-Ramli, Nihayatul Muhtaj, tt: juz 3, hal. 206).
Menjaga Konsistensi Shalat Tarawih
Namun demikian, keimanan manusia adakalanya naik dan terkadang juga turun. Naik turunnya iman sendiri bisa dideteksi melalui semangat ibadah yang dilakukan seseorang. Semakin dia giat beribadah, biasanya semakin naik pula dosis keimanannya.
Namun sebaliknya, jika ibadahnya mulai redup, bertanda dosis imannya mengalami penurunan. Demikian pula dalam realitas pelaksanaan shalat tarawih yang terjadi di masyarakat.