Kebiasaan mengakhirkan sahur yang dicontohkan Rasulullah SAW bukan tanpa arti. Sebab, apabila aktivitas sahur di akhirkan, maka seseorang yang melaksanakan puasa memungkinkan energinya tetap terjaga.
Hal ini juga dapat menjadikan ibadah puasa dapat dijalankan dengan penuh semangat tanpa rasa lapar yang berlebih dan menyiksa. Hal ini lah yang menjadi salah satu hikmah dianjurkannya untuk mengakhirkan santap sahur.
Ketiga, perbedaan puasa umat Islam dengan Ahlul Kitab ada pada aktivitas sahur
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Dari Amru bin Ash bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim, No 1836).
Telah disebutkan hadits sebelumnya bahwa sahur mengandung keberkahan dan sangat dianjurkan Rasulullah SAW bagi orang yang berpuasa.
Selain dalam rangka mengikuti sunah Rasulullah SAW, sahur merupakan pembeda bagi Umat Muslim dan Ahlul Kitab.
Kendati Ahlul Kitab juga melaksanakan puasa sesuai keyakinan mereka, akan tetapi mereka tidak melaksanakan santap sahur. Hal ini lah yang menjadi perbedaan antara umat Islam dan Ahlul Kitab ketika berpuasa.
Dengan segala keberkahan dan keutamaan santap sahur yang telah Allah SWT berikan kepada umat Islam, sudah seharusnya dapat dioptimalkan oleh setiap Muslim. Terlebih santap sahur pada Ramadhan yang merupakan bulan suci penuh kemuliaan. Wallahu’alam.***
Sumber: mui.or.id/Isyatami Aulia, ed: Nashih