Tahniah 50 Tahun Majelis Ulama Indonesia

photo author
- Senin, 28 Juli 2025 | 08:26 WIB
Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si
Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si

Oleh : Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S. Ag., M.Si

METRO SULTENG-Setengah abad perjalanan Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah kisah panjang yang melibatkan pergumulan sejarah, iman, dan pengabdian.

Sejak berdiri pada 26 Juli 1975, MUI hadir sebagai rumah besar bagi ulama lintas ormas Islam, sekaligus jembatan yang menyambungkan umat dengan negara.

Lima puluh tahun adalah masa yang panjang, namun semangat terus menyala lembaga ini telah melewati masa Orde Baru, Reformasi, hingga era digital hari ini, namun satu komitmen tidak pernah surut mengabdi kepada umat dan menjaga kedamaian bangsa.

Saya meyakini kunci kedamaian Indonesia ada pada hubungan ulama dan umara. Dalam tradisi Islam klasik, ulama adalah penjaga moral dan ilmu, sementara umara adalah pemegang otoritas dan kekuasaan. Ketika keduanya bersatu, lahirlah harmoni yang menenangkan rakyat; ketika keduanya berjarak, lahirlah kegaduhan dan kerapuhan negara.

Baca Juga: Peringati Hari Sungai Nasional, BRI Peduli Ekosistem Turun Tanhan Lakukan Gerakan Bersih-Bersih Sungai dan Kesadaran Pengelolaan Sampah Denpasar

Sejak muda saya menyaksikan sendiri indahnya relasi ini. Saat saya Ketua Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB. PII) hingga saat menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPP. BKPRMI) yang berpusat di Masjid Istiqlal, kami sering melihat dan menyaksikan para pemimpin bangsa termasuk Jenderal Prabowo Subianto sebelum manjadi Presiden seperti saat ini beliau memiliki kebiasaan mendatangi para ulama, kyai dan tokoh agama dengan rendah hati.

Presiden Prabowo Subianto dan kebiasaan bersilaturahmi dengan Ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Itu adalah tradisi luhur yang terpelihara untuk dan selalu mendapatkan nasihat dan doa restu para ulama untuk langkah-langkah besar bangsa dalam memimpin negera sebesar Republik Indonesia.

Pada puncak Tasyakur Milad ke-50 MUI kali ini, dukungan Presiden kepada MUI tetap kuat dan nyata. Kehadiran perwakilan resmi pemerintah serta peluncuran program strategis menjadi bukti bahwa sinergi ulama dan umara tetap menjadi pilar utama dalam perjalanan Indonesia ke depan.

Di titik inilah falsafah bangsa kita selalu relevan untuk diingat “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” Kerukunan membawa kekuatan, perpecahan membawa kehancuran. Sejarah kita membuktikan, ketika ulama dan umara berjalan seiring, Indonesia melangkah mantap; ketika keduanya terpisah, kita mudah goyah.

Baca Juga: Diluncurkan Presiden Prabowo, BRI Optimistis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih Mampu Menjadi Tonggak Ekonomi Kerakyatan

Peran MUI selama lima dekade terakhir membuktikan bahwa MUI tidak sekadar menjadi lembaga pemberi fatwa maupun banyak yang sebut sebagai tukang stempel. MUI adalah pelayan umat dalam arti paling luas. Fatwa halal yang kini menjadi standar global, panduan ekonomi syariah yang mendorong tumbuhnya investasi yang beretika, hingga sikap tegas terhadap isu kemanusiaan Palestina dan Rohingya, semua itu adalah bukti khidmat yang tidak selalu tersorot media, tetapi dirasakan masyarakat luas. Seperti disampaikan Buya Amirsyah Tambunan, Sekretaris Jenderal MUI, dalam Milad kali ini.

“Setengah abad MUI adalah momentum untuk meneguhkan khidmat kita kepada umat sekaligus memperkuat peran sebagai mitra strategis pemerintah dalam menjaga keharmonisan bangsa.”

Puncak perayaan Milad ke-50 ini juga melahirkan langkah baru yang relevan dengan tantangan zaman. Penandatanganan nota kesepahaman antara MUI dan berbagai institusi strategis seperti Kadin, Kejaksaan Agung, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, BP Tapera, hingga Bank Aladin menunjukkan bahwa peran MUI tidak hanya bersuara, tetapi juga memberi solusi nyata.

Peluncuran Sekolah Hak Asasi Manusia dan Program Rumah Bersubsidi untuk Da’i dan Guru Ngaji yang tetap dijalankan dalam acara ini menjadi wujud kepedulian terhadap kesejahteraan dan kapasitas para penggerak dakwah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X