Oleh : Thales Lahusaeni
Sudah menjadi sunatullah bahwa setiap bangsa mempunyai kepribadian bangsanya sendiri. Kepribadian suatu bangsa sangat menentukan bagaimana wajah bangsa tersebut di masa yang akan datang.
Kepribadian bangsa Indonesia di zaman penjajahan Belanda dan setelah merdeka menurut Buya Hamka ialah, "sebelum merdeka bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang "sabar menderita" setelah merdeka menjadi bangsa yang tahu harga diri dan menghargai tamu". (Hamka, Pribadi Hebat).
Diskursus tentang kepribadian bangsa merupakan wacana yang tak lekang oleh waktu dan selalu ramai diperbincangkan baik di kalangan politisi maupun akademisi dan masyarakat biasa di negeri ini. Tak terkecuali Buya Hamka (Haji Abdul Malik Kairm Amrullah) salah satu pahlawan nasional, ulama sekaligus pemikir jempolan kebanggaan Indonesia ini memiliki impian tersendiri tentang kepribadian bangsa yang mesti dimiliki bangsa Indonesia.
Baca Juga: Si Hitam Manis dari Loru (part 1)
Bagaimana watak dan sikap kepribadian terbentuk? Ada 3 unsur yang memengaruhi pembangunan kepribadian. Pertama, unsur pengetahuan, kedua unsur dorongan naluri dan ketiga unsur perasaan (Bahtar, 2018).
Apa saja kepribadian bangsa idaman Hamka? Dalam pengamatan Hamka, kepribadian akan muncul terbentuk jika memiliki sifat berani, memiliki daya tarik, kecepatan menarik kesimpulan memiliki rasa cinta kepada Tanah air dan berbudi pekerti yang baik/berakhlak karimah.
1. Berani
Berani disini bukan yang berani bergulat atau berkelahi. Berani yang dimaksud oleh Hamka adalah bukan mereka yang berani ke medan tempur melainkan mereka yang berani menghadapi kesulitan tanpa kehilangan akal. Berani dengan ilmu, setiap tindakan dan keputusan yang akan diambil setiap warga bangsa senantiasa berdasarkan Ilmu.
Bagaimana memunculkan keberanian? Keberanian akan muncul jika kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah dimaknai dan dijiwai oleh segenap muslim Indonesia. Dengan memahami kalimat toyyibah tersebut seorang muslim benar-benar akan berani dalam hal positif. Bahkan bisa menjaga kedaulatan dan penjajahan gaya baru jika itu muncul di Indonesia serta memberi keadilan bagi seluruh warga negara Indonesia. (Hamka, Keadilan Sosial).
Wajar dan benar Hamka berpandangan demikian. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim bahkan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Di tingkatan kepemimpinan mulai dari level bawah sampai atas kapanpun dan dimanapun, selalu membutuhkan pemimpin yang berani, terlebih bangsa sebesar Indonesia ini. Tak ada pekerjaan yang tak memiliki risiko, olehnya dibutuhkan keberanian yang dilandasi semangat dan manifestasi kalimat toyyibah menghadapi tantangan tersebut guna mencapai tujuan.
2. Menarik
Penting kepribadian bangsa yang majemuk ini berkarakter menarik. Dengan begitu toleransi, kerukunan sesama anak bangsa bisa terjalin dengan erat. Hamka mencontohkan pribadi Bung Karno penuh dengan daya tarik sehingga siapapun yang bertemu dengan Bung Karno pasti kagum pada beliau. Tidak mengherankan Bung Karno salah satu tokoh yang sukses mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Baca Juga: Si Hitam Manis dari Loru (Part 2 - selesai)